Dirjen Kebudayaan: Parigi Moutong tanah air kebhinnekaan

id Kemah budaya,parimo,bupati

Dirjen Kebudayaan: Parigi Moutong tanah air kebhinnekaan

Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tombolotutu (memegang mic) membeirkan keterangan pers didampingi Dirjen Kebudayaan Hilma Farid usai pembukaan Kemah Budaya Nasional (KBN) IX di anjungan Kayu Bura, Parigi, Senin (17/9) (Antaranews Sulteng/Humas Pemda Parimo)

 Parigi (Antaranews SUlteng) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menyebutkan dipilihnya Kabupaten Parigi Moutong sebagai tempat penyelenggaraan Kemah Budaya Nasional (KBN) IX Tahun 2018 karena daerah ini dihuni warga dengan keragaman suku, agama, serta budaya.

"Di Parigi Moutong semuanya kompak bersatu. Ini tanah airnya kebhinekaan atau Bhinneka Tunggal Ika," kata Hilmar saat membuka acara yang digelar di Bumi Perkemahan Kayubura, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Senin.

Hilmar mengatakan, berdasarkan informasi yang dia dapat dari pemerintah daerah setempat, di Parigi Moutong ini secara bergelombang datang masyarakat dari provinsi lain di Indonesia untuk hidup di sana.

Dia pun menilai Parigi Moutong bisa menjadi contoh yang sangat tepat bagaimana Bhinneka Tunggal Ika dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.

"Kenapa saya sebut tanah air (di depan peserta kemah), agar pada anak-anak kita itu melekat, kamu tuh datang dari tempat yang berbeda ke sini dan mempraktikan Bhinneka Tunggal Ika dengan konkret. Ada di dalam jiwanya anak-anak yang nantinya pulang dari sini," ucap dia.

Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tambolotutu menyebut keberagaman di daerahnya memang sudah terjadi sejak sangat lama.

Baca juga: 3.000 pramuka ramaikan Kemah Budaya Nasional di Parigi
Baca juga: Gubernur: kemah budaya tumbuhkan nilai budaya bangsa

 
Kirab peserta para upacara pembukaan Kemah Budaya Nusantara (KBN) IX di Parigi, Senin (17/9) (Antaranews Sulteng/Moh. Ridwan) (Antaranews Sulteng/Moh. Ridwan/)

Menurut dia, dari orang Aceh sampai Papua hingga lima agama yang diakui di Indonesia, ada di Parigi Moutong.

"Kami bersyukur tidak pernah ada pertentangan atau percekcokan. Kita semua bersaudara. Ketika ada MTQ, pemuda dari Kristen dan Hindu itu ikut mengamankan. Begitu juga ketika Natal atau tahun baru, kita yang Islam yang mengamankan supaya jangan terganggu," kata Samsurizal.

Kerusuhan horizontal di Poso tahun 1999 yang letaknya tak begitu jauh dari Parigi Moutong pun tak berdampak ke kabupaten Parigi Moutong ini.

Menurut Samsurizal yang terpilih kembali menjadi bupati setemnpat untuk periode kedua (2018-2023), sejak awal masyarakat di sini sudah memahami kerugian dari konflik atas nama perbedaan.

"Enggak ada yang menang, tidak ada yang kalah, pasti sama-sama hancur. Itu yang ditanamkan di sini dan harus ditularkan ke daerah yang lain," ucap dia.

Wakil Ketua Bidang Pembinaan Anggota Muda Kwartir Nasional Pramuka Budhi Prayitno menambahkan, kalau kegiatan ini merupakan wadah untuk mengetahui, menengenal, dan memahami budaya sendiri, serta budaya lain.

Melalui media seperti ini, tentunya bisa meningkatkan rasa persaudaraan antara anak bangsa.

"Kalau diceritakan tentang hidup bersama sudah banyak, tapi kalau ditemukan langsung akan jauh berbeda. Secara alami mereka akan belajar. Satu hal yang sangat istimewa, apalagi di Parigi Moutong ini ada transmigran, yang datang secara swadaya, swakarsa dan menjadi satu pelangi yang luar biasa," ucapnya. 
Tomini Fashion Karnaval ikut meriahkan pembukaan KBN IX 2018 di bumi perkemahan Kayubura Parigi, Senin (17/9). (Antaranews Sulteng/Moh. Ridwan)