Wapres serukan rekonsiliasi dan keadilan untuk perdamaian

id wapres ,jk

Wapres serukan rekonsiliasi dan keadilan untuk perdamaian

Wapres Jusuf Kalla (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)

Oleh karena itu, PBB dan semua organ dan badannya harus terus mempromosikan dan menjamin perdamaian global dan pembangunan yang adil dan berkelanjutan untuk semua anggota. Tidak ada yang tertinggal

 New York, (Antaranews Sulteng) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla menyerukan dialog, rekonsiliasi dan keadilan kepada seluruh masyarakat dunia guna membangun perdamaian dunia.

Seruan itu dikemukakannya dalam sidang KTT Perdamaian Dunia untuk memperingati ulang tahun ke-100 Nelson Mandela di Markas PBB New York, Amerika Serikat, Senin siang waktu setempat.

Jusuf Kalla mengatakan rekonsiliasi dan keadilan merupakan nilai-nilai yang diajarkan pejuang kemanusiaan Nelson Mandela dalam membebaskan masyarakatnya dari sistem apartheid yang diskriminatif.

Perjuangan Mandela tersebut, kata dia, telah menginspirasi dunia, bukan hanya masyarakat Afrika Selatan.

"Saya percaya pada nilai rekonsiliasi. Salah satu contohnya adalah bagaimana proses rekonsiliasi berjalan dengan baik di Aceh," katanya.

Jusuf Kalla mengatakan perdamaian di Aceh memungkinkan pembangunan ekonomi terus berlangsung dan mantan pemberontak sekarang memegang posisi pemerintahan yang penting.

Dalam sidang KTT tersebut, Wapres mengatakan kebiasaan dialog memupuk budaya perdamaian. Selain itu mendukung hubungan yang baik di antara negara-negara, toleransi di antara kepercayaan dan agama, dan menjadikan aliansi peradaban.

"Kami juga percaya bahwa dialog dapat membantu mengatasi pidato kebencian, radikalisme dan ekstremisme kekerasan," katanya.

Wapres mengatakan perdamaian merupakan prasyarat pembangunan. Pembangunan tidak akan mungkin berkelanjutan tanpa perdamaian. Pembangunan dapat bertahan bila dilaksanakan secara adil di dalam dan di antara masyarakat. 

"Oleh karena itu, PBB dan semua organ dan badannya harus terus mempromosikan dan menjamin perdamaian global dan pembangunan yang adil dan berkelanjutan untuk semua anggota. Tidak ada yang tertinggal," kata Wapres.

Dalam kesempatan tersebut, Wapres juga menyampaikan kenangannya terhadap Presiden Afrika Selatan pertama pasca-rezim apartheid tersebut.

"Saya beruntung bertemu dengannya pada tahun 2003. Saya ingat dia sebagai pribadi dengan karakter yang tenang. Seorang tokoh sederhana, tetapi kuat dalam keyakinan. Saya juga sangat menyukai kaos batik kesayangannya yang berwarna-warni, yang mencerminkan semangatnya yang semarak," katanya.*