BNPB Butuh 2000 Tenda Untuk Pengungsi Gempa

id BNPB Butuh 2000 Tenda Untuk Pengungsi Gempa

BNPB Butuh 2000 Tenda Untuk Pengungsi Gempa

Dua warga perbatasan Indonesia-Malaysia menggalang donasi dari pengendara di Balai Karangan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Minggu (30/9). Aksi penggalangan dana yang dilakukan bersama Komunitas Budaya Sekayam (KBS), Persatuan Orang Melayu (POM), Palang Merah Remaja (PMR), Medis Nusantara Sehat dan Paguyuban Tri Wulan tersebut, nantinya akan disalurkan untuk korban gempa tsunami di Palu, Donggala dan Mamuju di Sulawesi Tengah. ANTARA FOTO/Agus Alfian/jhw/18

Palu, (Antaranews.com) - Badan Nasional Penanggulagan Bencana (BNPB) membutuhkan 2.000-an tenda berkapasitas 40 orang/tenda untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi korban bencana gempa bumi Palu, Donggala dan Sigi pada Jumat (28/9).

"Tenda adalah kebutuhan yang paling mendesak saat ini selain bahan makanan," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei kepada wartawan di Posko Satgas Penanggulangan Gempa Bumi di Palu, Selasa petang.

Menurut Willem, saat ini ada 60.000-an pengungsi yang tersebar di hampir 120 titik di dalam Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala yang tidak memiliki tempat berteduh, padahal lembah Palu ini adalah daerah yang suhu udaranya sangat panas di siang hari.

Menurut Willem, tidak mungkin mengadakan kebutuhan tenda ini dalam waktu dekat dengan mengandalkan sumber dalam negeri sehingga kemungkinan pengadaannya membutuhkan banttuan internasional.

"Karena kebutuhan tenda ini amat sangat mendesak, maka saya pikir ini adalah salah satu kebutuhan yang bisa dimintakan bantuan internasional," katanya.

Ia mengakui bahwa pelayanan kebutuhan tenda dan bahan makanan untuk pengungsi dalam skala sangat terbatas baru dimulai hari ini karena sumberdaya-sumberdaya tersebut baru mulai berdatangan di Kota Palu hari ini.

"Kita membutuhkan bahan makan terutama beras untuk para korban. Saya sudah lihat para korban di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi, mereka sangat membutuhkan beras," ujarnya.

Di Kabupaten Sigi, misalnya, ada empat kecamatan yang sampai saat ini masih terisolasi yakni Kecamatan Pipikoro, Lindu, Kulawi, dan Kulawi Selatan sehingga belum tersentuh bantuan logistik apapun.

"Saya mengakui bahwa pelayanan kepada para korban gempa ini masih sangat minim karena kebutuhan sangat tidak berimbang dengan sumber daya yang tersedia," ujarnya.

Hal yang sama terjadi pada usaha pencarian korban dimana masih sangat banyak titik-titik bencana yang belum bisa disentuh untuk mencari para korban karena keterbatasan peralatan dan personel.

Hingga Selasa petang, jumlah korban tewas akibat gempa bumi tektonik bermagnitudo 7,4 pada skala Richter ini tercatat 1.374 orang dan yang hilang 113 orang.