Pascagempa, Jamaah Masjid Agung Berlinangan Air Mata

id Gempa,Tsunami,Kota Palu

Pascagempa, Jamaah Masjid Agung Berlinangan Air Mata

Tim SAR menemukan dua korban dalam pencarian dan evakuasi pascagempa disertai lumpur di Kelurahan Petobo Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Jumat 5 Oktober 2018. (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji) (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji/)

Pasca gempa dan tsunami, saya makin sadar kalau dunia hanya sementara dan kematian itu sangat dekat sehingga waktu yang diberikan oleh Allah tidak boleh terbuang sia-sia. Harus saya isi dengan ibadah dan banyak berbuat kebaikan
Palu (Antaranews Sulteng) - Jamaah Jumat di pelataran Masjid Agung Darussalam, tak kuasa menahan air matanya menyimak khutbah jumat yang pertama kali pascagempa dan tsunami yang menerjang Kota Palu, Donggala dan Sigi.

Jamaah tampak khusyuk dan terenyuh saat Khatib Ustad Abu Irbad berkhotbah mengenai musibah gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu, Jumat (28/9) petang.

Banyak jamaah tak kuat membendung air mata kesedihannya saat dai kondang asal Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan itu bermunajat dan mendoakan korban yang selamat khususnya yang meninggal.

"Ini salat Jumat pertama saya pasca musibah gempa dan tsunami yang melanda Kota Palu," kata salah satu jamaah Muhammad, usai menunaikakan ibadah salat Jumat.

Muhammad mengatakan bencana yang melanda Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Sigi membuat ia beserta keluarga makin dekat dengan Tuhan.

"Pasca gempa dan tsunami, saya makin sadar kalau dunia hanya sementara dan kematian itu sangat dekat sehingga waktu yang diberikan oleh Allah tidak boleh terbuang sia-sia. Harus saya isi dengan ibadah dan banyak berbuat kebaikan," kata Muhammad.

Muhammad berharap bencana tersebut menjadi momen berharga bagi warga khususnya pemerintah daerah untuk mengintropeksi diri dan  tidak lagi mengerjakan perbuatan dosa yang dapat mendatangkan murka Tuhan.

Sementara itu Khatib salat Jumat Ustad Abu Irbad mengingat jamaah bahwa musibah yang melanda tiga daerah tersebut tidak lain karena perbuatan tercela yang dilakukan.

"Bencana gempa dan tsunami ini sangatlah menyayat hati. Banyak yang bilang karena fenomena alam biasa. Ada juga yang mengatakan kalau bencana ini karena ini teguran dari leluhur agar sesajian yang diberikan lebih baik lagi," kata Ustad Abu Irbad.

Ustad Abu Irbad di depan jamaah dan pengungsi wanita menegaskan bahwa musibah yang terjadi bukan disebabkan Allah namun disebabkan ulah manusia.

"Bencana yang melanda sebagaimana firman Allah SWT bahwa musibah yang terjadi disebabkan ulah manusia itu sendiri dan perbuatan maksiat. Allah hanya ingin kita kembali. Tujuan Allah agar kita semakin baik. Jangan sekali - kali menyalahkan Allah," pesan Ustad Abu Irbad.

Diakhir khotbahnya Ustad Abu Irbad yang juga relawan untuk bencana di Palu menekankan kepada warga dan pemerintah daerah agar tidak sekali-kali menggelar acara atau ritual yang berbau syirik atau meminta kepada selain Tuhan.

Sebab kata Ustad Abu Irbad, perbuatan syirik merupakan perbuatan yang cepat mengundang datangnya kemurkaan Allah.

"Maka kekufuran dan kesyirikan menjadi penyebab Allah menurunkan musibah. Betapa banyak orang yang tidak baik menjadi baik. Yang tidak salat menjadi salat pasca musibah ini," ucap Ustad Abu Irbad.***