Warga Dolo gelar shalat jumat di pengungsian

id shalat,sigi,dolo

Warga Dolo gelar shalat jumat di pengungsian

Suasana pelaksanaan salat Jumat (12/10) di lokasi pengungsian Desa Ramba, Kecamatan Dolo Selatan, Sigi. Sektar 80 persen rumah penduduk dan fasilitas publik di desa itu rata dengan tanah akibat gempa 7,4 Scala Richter pada 28 September 2018. (Antara/Adha Nadjemuddin)

Kami hanya buang air besar dan mandi di sungai, sekitar 50 meter dari sini

Palu, (Antaranews Sulteng) - Ratusan warga di Kecamatan Dolo Selatan dan Dolo Barat, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, erpaksa menjalankan shalat Jumat di pengungsian setelah masjid dan rumah mereka disapu gempa 7,4 Skala Richter, Jumat (28/9).

Salah satu titik terparah korban gempa berada di Desa Ramba, Dolo Selatan.

Di desa ini shalat Jumat dilaksanakan di lapangan di bawah bangunan sementara tanpa dinding karena masjid di desa itu roboh.

Dipimpin imam masjid desa, Karampa, jamaah shalat hanya beralaskan terpal.

Titik shalat berada di tengah-tengah barak pengungsi. Sisi kiri, kanan dan belakang tempat ini penuh dengan jemuran pakaian pengungsi.

Untuk wudhu, hanya tersedia air di dalam ember cat lalu dibuatkan kran. Tidak ada jamban yang digunakan warga.

Lokasi pengungsian ini umumnya ditempati warga Dusun II Desa Ramba. Di dusun ini hampir tidak ada lagi rumah yang bisa ditempati.

Setelah gempa, warga di Dusun II membangun barak pengungsi di lapangan yang ditempati 78 kepala keluarga dari 160 kepala keluarga di desa itu.

Barak yang mereka tempati dibangun dari bahan bangunan bekas reruntuhan rumah. Dibangun secara gotong royong dengan kondisi dan bahan apa adanya.

Dalam satu barak ditempati lima sampai delapan kepala keluarga. Di dalam barak itu bercampur menjadi satu. Tempat tidur mereka hanya disekat dengan kain.

Desa yang didiami 545 jiwa ini terdapat 168 lanjut usia dan 52 balita serta puluhan anak-anak sekolah dasar dan SMP. Mereka terpaksa tinggal di pengungsian dengan kondisi apa adanya.

"Kami hanya buang air besar dan mandi di sungai, sekitar 50 meter dari sini," kata Karampa.

Desa berjarak 45 kilometer arah selatan Kota Palu itu tidak berada di jalur poros kabupaten sehingga jarang dijangkau relawan dan bantuan kemanusiaan.

Gempa yang terjadi dua pekan lalu itu juga menimpa desa sekitarnya di Dolo Selatan dan Dolo Barat.

Banyak rumah penduduk di wilayah ini roboh karena tanah di wilayah itu banyak yang amblas. Akses jalan menuju wilayah ini sebelumnya juga putus sehingga distribusi logistik harus berputar melalui Dolo Induk.