Umat Islam Nabire bantu korban gempa Sulteng

id MUi

Umat Islam Nabire bantu korban gempa Sulteng

Korban gempa menerima bantuan dari umat Islam Kabupaten Nabire, yang disalurkan oleh MUI Palu. (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji) (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji/)

Palu, (Antaranews Sulteng) - Umat Islam Kabupaten Nabire, Provinsi Papua, membantu korban gempa, likuifaksi dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala, sebagai bentuk kepedulian sosial meringankan beban korban.

"MUI Palu dipercayakan oleh umat Islam di Nabire untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan korban gempa, tsunami dan likuifaksi," ucap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu Prof Dr H Zainal Abidin MAg terkait bantuan kemanusiaan umat Islam Nabire di Palu, Minggu.

Bantuan tersebut, urai Prof Zainal Abidin, terdiri dari dua bentuk. Pertama menyangkut dengan perbaikan sarana prasarana rumah ibadah berupa masjid yang rusak terdampak gempa, tsunami dan likuifaksi.

Kedua, bantuan kemanusiaan menyangkut makanan untuk korban gempa tsunami dan likuifaksi.

MUI telah menyalurkan bantuan kemanusiaan dari Nabire kepada korban gempa dan likuifaksi di Kelurahan Petobo dan Kelurahan Buluri Kota Palu, kemudian Desa Kabobona, Kecamatan Dolo.

"Bantuan kemanusiaan berupa makanan terus kami salurkan. Pembagian bantuan makanan berupa beras dan kebutuhan lainnya, dibagikan kepada masyarakat di masjid yang dikunjungi di daerah terdampak gempa dan likuifaksi serta tsunami," ucap Zainal Abidin.
 
Korban gempa menerima bantuan dari umat Islam Kabupaten Nabire, yang disalurkan oleh MUI Palu. (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji) (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji/)


Pembagian bantuan pangan dilakukan setelah shalat maghrib. Karena itu, setiap jamaah masjid mendapat bantuan beras dan sembako lainnya.

Rektor pertama IAIN Palu itu mengemukakan, untuk bantuan sarana rumah ibadah akan diberikan kepada masyarakat diawali dengan pendataan rumah ibadah.

"MUI akan melibatkan langsung imam masjid dan tokoh agama di desa terkait bantuan sarana rumah ibadah," ujarnya.

Pascagempa disertai lumpur, likuifaksi dan tsunami di Kota Palu, Sigi dan Donggala, banyak rumah ibadah yang tertimbun lumpur.

Sebagian dari itu masih berdiri diatas tanah namun tidak layak pakai, karena mengalami kerusakan berat, sehingga harus dibangun kembali.