Basarnas Sulteng tetap buka penerimaan laporan korban

id basarnas,korban gempa,palu

Basarnas Sulteng tetap buka penerimaan laporan korban

Petugas Basarnas membawa korban selamat gempa dan tsunami yang terjebak di dalam restoran Dunia Baru, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/ama/18

Palu (Antaranews Sulteng) - Kantor Basarnas Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, tetap membuka pelayanan pelaporan bagi keluarga korban pascagempa 28 September 2018. 

"Kami tetap menerima laporan-laporan keluarga korban meski masa pencarian dan evakuasi ditutup 12 Oktober lalu. Basarnas tetap mengasistensi setiap pelaporan yang masuk," kata Kepala Kantor Basarnas Palu, Basrano di Palu, Selasa. 

Menurut dia, asistensi dan pengkajian masih dilakukan, bila memang diperlukan evakuasi maka dilaksanakan, asalkan sudah jelas titik evakuasinya. Sedangkan untuk pencarian korban tidak lagi dilakukan kendati masa tanggap darurat diperpanjang hingga 26 Oktober.  

Selain itu, Basarnas tetap memberikan ruang bagi keluarga korban yang ingin melaporkan atau meminta bantuan evakuasi, meski personil mulai berkurang. Tim kecil juga intens melalukan patroli di beberapa titik untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

"Kami tidak lagi mencari korban, tetapi bila dibutuhkan evakuasi maka dilaksanakan. Tadi di derah Pantoloan ditemukan satu jenazah berdasarkan informasi TNI, satu tim langsung diturunkan untuk mengevakuasinya," ujar dia. 

Selama penghentian masa pencarian, kata dia, laporan masuk mencapai 20 dan hingga hari ke-19 pasca gempa tim Basarnas tetap aktif menjalankan misi kemanusiaan. 

Kendati warga masih menginginkan Basarnas untuk tetap mencari sanak saudaranya tertimbun di reruntuhan pada wilayah terparah seperti di Petobo, Balaroa dan Jono Oge, namun pihaknya meminta pihak keluarga bersabar dan mengikhlaskannya.
 
Anggota Basarnas mengevakuasi jenazah korban gempa di Petabo, Palu Selatan, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). (ANTARAFOTO/AKBAR TADO) 


"Kalau pencarian terus dijalankan maka membutuhkan waktu lama, sebab pekerjaan ini tidak bisa satu dua hari selesai karena kondisi di lokasi sangat sulit. Dari sisi kemanusiaan dan medis jenazah yang tertimbun lama tentu sudah rusak dan tidak utuh lagi," katanya. 

Mengenai jumlah personil saat ini aktif di kantor Basarnas, kata Basrano, hanya tinggal tim internal berjumlah 104 personil termasuk spesial grup Basarnas masih bertahan. 

Dari jumlah personil awal pasca gempa sebanyak 500-an orang datang dari Manado, Makassar, Gorongtalo, dan wilayah Kalimantan dari Balikpapan dan Banjarmasin. Untuk tim Basarnas jalur laut dari Kalimantan, Bali dan Kendari menggunakan kapal dan langsung ke Pantoloan. 

Personil juga ditambah dari potensi Basarnas masing-masing dari kampus, lembaga kemahasiswaa serta kominitas dengan total personil tim pencarian dan penyelamat mencapai 700-an orang selama tanggap darurat pertama. 

Berdasarkan data Basarnas jumlah korban yang ditemukan meninggal dunia H1-H19 mencapai 933 orang, meninggal 847 orang dan selamat 86 orang.

Ernawati, salah satu keluarga korban melaporkan suaminya, Iqbal masih hilang di pemukiman Petobo, Kabupaten Sigi saat gempa itu datang. Iqbal diyakini terjebak direntuhan rumahnya saat gempa terjadi dan meminta agar tim Basarnas segera melakukan evakuasi.

"Sampai hari ini suami saya belum ditemukan, petang menjelang magrib itu dia (Iqbal) sedang minum kopi di teras rumah, saya berhasil selamat sementara dia hilang dan belum ditemukan. Mohon agar kiranya Basarnas bisa mencari dan menemukannya," ujarnya berharap usai melapor di kantor Basarnas setempat.
 
Aparat TNI, Basarnas , BNPB dan tim pencari jenazah ACT memgevakuasi salah satu jenazah yang ditemukan , Kamis (11/10) siang.  (Antaranews Sulteng/Muh. Arsandi/)