Donggala (Antaranews Sulteng) - Korban gempa dan tsunami di Kecamatan Sindue, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, sampai saat ini masih tinggal di tenda-tenda terpal yang mudah robek dan bocor.
"Hingga masa tanggap darurat tahap II berakhir, pengungsi korban gempa dan tsunami Kecamatan Sindue masih tinggal di tenda-tenda terpal," ucap korban gempa dan tsunami Kecamatan Sindue, Mohammad Hamdin, Jumat.
Korban gempa dan tsunami masih bertahan di tenda-tenda pengungsian. Umumnya mereka mengungsi di Lapangan Sanggola Dusun 01 Pompaya Desa Lero. Tercatat sekitar 1.200 jiwa mengungsi di lapangan tersebut.
Pemerintah telah mencabut masa tanggap darurat, dan beralih ke masa transisi dalam penanganan pascabencana gempa, tsunami dan likuifaksi yang menimpa Palu, Sigi dan Donggala.
Namun, sebut Hamdin, korban gempa Kecamatan Sindue yang mengungsi di lapangan Desa Lero itu, belum mendapatkan tenda yang layak dari pemerintah.
"Pengungsi enggan kembali ke rumah. Mau balik ke rumah, rumah suda tidak ada. Mau bertahan di lokasi pengungsian, tenda tidak layak, karena hanya terpal," ucap Hamdin.
Ia mengemukakan bahwa korban gempa sangat membutuhkan bantuan tenda sebagai pengganti rumah mereka yang rusak total, dan rusak berat.
Berdasarkan data sementara terdapat 10 rumah di Desa Lero dan Desa Lero Tatari 93 unit rumah hilang atau rusak total di terjang tsunami pada Jumat petang itu.
Baca juga: Korban gempa di Lindu butuh bantuan tenda
Baca juga: BNPB Butuh 2000 Tenda Untuk Pengungsi Gempa
Karena itu, sebut dia, terdapat kurang lebih sekitar 200 kepala keluarga yang bermukim di pesisir pantai Kecamatan Sindue utamanya ?dua desa itu, kehilangan tidak lagi memiliki tempat tinggal.
"Kalau-pun masih ada atau masih berdiri tempat tinggal mereka, itu pasti tidak layak huni karena di terjang tsunami pada Jumat 28 September petang itu," urai Hamdin.
Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola menetapkan status penanganan pascabencana di daerah tersebut memasuki tahapan transisi darurat menuju pemulihan, hingga tanggal 25 Desember 2018.
"Gubernur sudah menetapkan melalui hasil rapat evaluasi dan menyatakan perubahan status dari tanggap bencana mencana transisi darurat menuju ke pemulihan," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Williem Rampangilei usai rapat Kogasgabpad dalam rangka evaluasi tanggab darurat tahap II, di Palu, Kamis.
Status itu dengan pertimbangan, tanggap darurat tidak perlu lagi dilakukan, karena situasi dan kondisi sosial masyarakat sudah mulai membaik. Kemudian, untuk mempercepat tahapan berikutnya yakni transisi menuju pemulihan dan selanjutnya ke rehabilitasi dan rekonstruksi.
"Dilakukan selama 60 hari kedepan," ujarnya.
Penggunaan waktu itu, dengan pertimbangannya bahwa perbaikan-perbaikan darurat memerlukan waktu sekitar 60 hari, di antaranya untuk membangun hunian sementara (Huntara), perbaikan darurat fasilitas sosial dan fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, infrastruktur transportai jalan, dan lain-lain.
Berita Terkait
Pembongkaran Rusunawa yang rusak di Palu
Selasa, 26 Maret 2024 18:29 Wib
BMKG dorong pakar kebumian kaji potensi gempa bumi di Laut Jawa
Minggu, 24 Maret 2024 9:38 Wib
Gempa Tuban dirasakan hingga di Semarang
Jumat, 22 Maret 2024 20:08 Wib
Gempa magnitudo 5,4 terjadi di Memberamo Raya Papua
Kamis, 21 Maret 2024 8:37 Wib
Gempa 5,1 magnitudo di Karatung Sulut tidak berpotensi tsunami
Senin, 18 Maret 2024 8:25 Wib
BMKG catat sebanyak 429 kali gempa di Sulteng sejak Januari hingga Maret 2024
Rabu, 13 Maret 2024 21:37 Wib
Gempa hembusan meningkat 1,5 kali lipat di Gunung Marapi
Kamis, 7 Maret 2024 8:22 Wib
Gempa berkekuatan magnitudo 5,6 guncang Bengkulu
Senin, 4 Maret 2024 11:07 Wib