Puluhan Nelayan Donggala ikut 'trauma healing'

id nelayan donggala,trauma healing,PPI

Puluhan Nelayan Donggala ikut 'trauma healing'

Motivator dan pengusaha Kota Palu H. Karman Karim memberikan semangat kepada puluhan nelayan Donggala dalam sebuah acara Trauma Healing di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala, Kamis (1/11) (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)

Karman Karim: orang paling pemberani di dunia adalah pelaut/nelayan...
Donggala (Antaranews Sulteng) - Sekitar 40 orang nelayan yang beroperasi di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala, Sulawesi Tengah, mengikuti ceramah penyembuhan rasa trauma atau trauma healing pascabencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi yang diselenggarakan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng di PPI Donggala, Kamis.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo mengemukakan bahwa trauma healing yang dirangkaikan dengan workshop pengendalian penangkapan ikan bertema membangkitkan motivasi dan semangat berusaha pascabencana alam 28 September 2018 itu diharapkan memulihkan rasa percaya diri nelayan agar segera turun kembali melaut.

Trauma healing ini menghadirkan dua pembicara kunci yakni H. Karman Karim, SH.MHum, seorang motivator dan pelaku usaha besar di Sulteng serta Dr Eko Joko Lelono, akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako (Untad Palu) Palu.

Pemilik Palu Grand Mall (PGM) Karman Karim yang banyak mengutip ayat-ayat Alquran itu menegaskan bahwa bencana alam yang melanda Palu, Sigi, Donggala ini seyogianya membuat masyarakat semakin bersyukur, bukannya terpuruk dalam kesedihan karena semua yang selamat, mendapat karunia Tuhan untuk melihat kebesaran Allah dan menerima keselamatan dari bencana itu.

Karman meminta semua nelayan jangan larut dalam kesedihan karena kehilangan seseorang atau harta benda, karena semua itu adalah titipan Tuhan semata.

Lihatlah tukang parkir, mendapat kepercayaan pemilik kendaraan untuk memarkir dan mengamankan mobil-mobil mewah. Ketika pemilik mobil itu datang mengambil miliknya ia tidak bersedih malah bersyukur karena akan segera ada lagi mobil lain yang masuk dan ia akan menerima bayaran parkirnya.

"Ini (bencana) adalah cobaan dari Allah, dan Alquran menulis bahwa Allah tidak memberikan cobaan kepada umatNya melebihi kemampuan ummat memikulnya. Jadi kalau kita semua di sini masih ada seperti sekarang, berarti kita ini orang-orang yang kuat," kata Karman yang juga pemilik Poso City Mal di Kota Poso itu.

Jadi, katanya, nelayan Donggala jangan berlama-lama berdiam di darat, segeralah turun kelaut. Kalau anda masih takut, itu berarti anda tidak percaya pemeliharaan Allah.

Ia lalu memberikan analogi lain tentang mobil baru yang setelah dibeli, mobil itu hanya diparkir digarasi, tak pernah dihibupkan mesin dan dipakai berjalan. Setelah tiga bulan, saat pemilik datang dan hendak menghidupkan mesinnya, akinya sudah mati, bannya sudah kempes dan olinya sudah mengendap dan mengeras sehingga mobil itu tidak bisa digunakan kembali.

"Jadi, kalau ada nelayan di sini hanya terus berdiam diri dan terpuruk dalam rasa trauma atau takut, ingat, tiga bulan lagi ya. Mobil itu akan mati," ujarnya bersleoroh yang disambut tawa dan tepuk tangan para nelayan.
 
Sebuah LSM asal Malaysia membangun puluhan unit hunian sementara untuk para nelayan Donggala yang tertimpa musibah gempa bumi. (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)

Menurut Karman, orang paling berani di dunia itu adalah pelaut/nelayan. Alasannya, setiap kali melaut, dia menghadapi gelombang di permukaan laut, menghadapi angin topan di udara (di atas laut) dan ia juga tidak mengetahui ancaman apa yang ada/datang dari dasar laut.

"Ingat, nelayan itu pemberani. Mengapa harus berani, karena tidak ada orang yang meninggal kalau memang belum ajalnya. Jadi, segeralah melaut karena orang banyak menunggu ikan hasi tangkapan saudara. Dengan memenuhi kebutuhan masyarakat banyak akan ikan, para nelayan mempunyai deposit pahala yang sangat besar," ujarnya.

Sementara itu, Eko Joko Lelono meminta semua nelayan Donggala untuk menyekolahkan anaknya di sekolah pelayaran atau perikanan karena Tuhan telah menetapkan Indonesia ini, khususnya Donggala, sebagai negara ekonomi kelautan karena sebagian besar wilayahnya adalah laut.

Sedangkan Kadis KP Sulteng mendorong nelayan untuk segera turun melaut agar suplai ikan di pasar-pasar dan industri segera pulih karena hal itu akan berpengaruh tidak saja pada kesejahteraan nelayan tetapi juga perekonomian derah (menekan inflasi) serta pemenuhan kebutuhan protein untuk menciptakan masyarakat yang sehat, kuat dan cerdas.

Salah seorang ketua kelompok nelayan PPI Donggala, Marwan, mengakui bahwa gempa bumi 28 September 2018 membuat para nelayan trauma cukup berat sebab lebih dari 40 orang nelayan termasuk anggota keluarganya meninggal dunia dan hilang.

"Namun demikian, sekitar 50 persen nelayan di sini sudah mulai kembali melaut, tetapi masih sangat terbatas kapasitasnya sebab ketersediaan es balok dan bahan bakar belum maksimal," ujarnya.

Menurut Marwan, dalam dua minggu ke depan, para nelayan diperkirakan sudah beroperasi seperti sebelum bencana jika ketersediaan bahan bakar dan es balok sudah normal kembali.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pelabukan Perikanan Wilayah I Donggala Abdul Rasyid menegaskan bahwa mulai hari ini, pabrik es balok PPI Donggala yang berkapasitas 15 ton/hari sudah beroperasi penuh dan suplai BBM sudah normal. 
 
H.Karman Karim (ketiga kiri), Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo (kedua kiri) dan Dr Eko Joko Lelono (kedua kanan) berose bersama staf DKP Sulteng di Kantor PPI Donggala, Kamis (1/11) (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)