Bulog Sulteng nyatakan tidak mungkin penuhi target

id bulog

Bulog Sulteng nyatakan tidak mungkin penuhi target

Kepala Bulog Divisi Regional Sulawesi Tengah, Khozin (Antaranews Sulteng/Anas Massa)

Kami memang kesulitan membeli beras petani, sebab harga pembelian pedagang jauh lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP)
Palu,  (Antaranews Sulteng) - Perum Bulog Sulawesi Tengah menyatakan dengan sisa waktu kurang dari dua bulan lagi, maka tidak mungkin memenuhi 100 persen target pengadaan beras untuk stok nasional 2018.

"Kami memang kesulitan membeli beras petani, sebab harga pembelian pedagang jauh lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP)," kata Kepala Perum Bulog Sulteng, Khozin di Palu, Sabtu.

Ia mengatakan dari target pengadaan yang ditetapkan Bulog sebanyak 50.000 ton, Sulteng baru bisa menyerap sebanyak 15.000 ton atau baru sekitar 30 persen.

Menurut dia, tidak mungkin lagi target tercapai, mengingat tingga dua bulan ini waktu Bulog untuk mengenjot pembelian.

Selain karena harga beras di tingkat petani jauh di atas HPP, juga dampak bencana alam gempa bumi 7,4 SR sangat berpengaruh pada Bulog dalam melakukan pembelian beras petani di sejumlah kantong produksi, seperti di Kabupaten Parigi Moutong, Donggala dan Sigi.
Stok beras bulog yang ada di pergudangan Tondo, jum'at (8/11) (Foto Antara/Sukardi)

Praktis selama pascagempa hingga kini, Bulog belum berhasil membeli beras petani di daerah-daerah tersebut.

Padahal, Kabupaten Donggala, Parig Moutong dan Sigi merupakan daerah penghasil beras dan selama ini berkontribusi besar dalam kegiatan pengadaan beras stok nasional di Sulteng.

Harga beras pembelian pedagang pengumpul di tingkat petani mencapai Rp8.500/kg. Sementara Bulog membeli beras petani sesuai HPP sebesar Rp8.030/kg.

Selisih harga pembelian cukup mencolok sehingga Bulog kalah bersaing dengan pedagang yang datang dari luar seperti Gorontalo dan Manado.

Meski pengadaan beras stok nasional di Sulteng terbilang kecil, tetapi Bulog Sulteng masih memiliki persediaan beras di gudang mencapai 12.000 ton, cukup untuk kebutuhan penyaluran hingga empat bulan ke depan.