Produksi ikan laut Sulawesi Tengah menurun

id Hasanuddin Atjo

Produksi ikan laut Sulawesi Tengah menurun

Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo (kemeja putih) dan rombongan melihat dari dekat nelayan Banggai Laut menurunkan ikan hampir satu ton di kawasan Mato, Senin (27/11), tanpa sarana pelabuhan pendaratan ikan. (Antarasulteng.com/Rolex Malaha)

Tetapi itu bukan karena laut Sulteng tidak memiliki potensi lagi, tetapi karena nelayan yang menangkap dari laut provinsi ini menjual ikannya ke luar Sulteng
Palu,  (Antaranews Sulteng) - Produksi ikan laut di Sulawesi Tengah pada 2017 tercatat 174.000 ton, menurun cukup siginifikan mencapai 30-an persen dibanding posisi lima tahun sebelumnya.

"Tetapi itu bukan karena laut Sulteng tidak memiliki potensi lagi, tetapi karena nelayan yang menangkap dari laut provinsi ini menjual ikannya ke luar Sulteng," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo yang dihubungi di Palu, Senin.

Menurut catatan Dinas KP Sulteng, pada 2013, produksi hasil tangkapan nelayan mencapai 260.000 ton, naik menjadi 264.000 ton pada 2014, lalu turun menjadi 210.000 ton pada 2016 dan turun lagi menjadi 174.000 ton pada 2017.

Menurut dia, Sulteng merupakan wilayah di Indonesia yang memiliki potensi penangkapan cukup besar karena menjadi satu-satunya provinsi yang memiliki tiga wilayah pengelolana perikanan (WPP) yakni Selat Makassar, Teluk Tomini dan Teluk Tolo.

Selain itu, investasi pemerintah di sektor kelautan perikanan dalam 10 tahun terakhir cukup signifikan mencapai Rp200 miliar untuk pembangunan pelabuhan dan sarana, prasarana serta fasilitas untuk nelayan, belum termasuk pembangunan kapal-kapal penangkap ikan bertonase 30 GT.

Namun, kata Atjo, para nelayan yang menangkap ikan di laut Sulteng cenderung menjual hasil tangkapannya ke luar daerah, sehingga seolah-olah laut Sulteng ini tidak menghasilkan ikan.?

Baca juga: Nelayan Banggai Laut buang ikan puluhan ton tiap bulan
Baca juga: Banggai Laut bakal jadi pusat pengumpulan dan distribusi pangan laut


Salah satu sebabnya adalah harga ikan di daerah lain lebih menarik dibanding di Sulteng. Selain itu, sarana pendaratan ikan di Sulteng seperti dermaga yang menyediakan es balok, ruang pendingin dan pembekuan ikan masih sangat terbatas, apalagi di WPP Teluk Tolo.

Gubernur Sulteng Longki Djanggola pernah mengeluarkan hibauan kepada nelayan agar membawa ikan hasil tangkapannya ke Sulteng karena hal itu penting untuk perekonomian daerah karena akan menjaga stabilitas harga ikan.

"Kalau tidak bisa bawa semua ke Sulteng, ya separuhnya bawa kemari, jangan semuanya dibawa ke luar, harga ikan di Sulteng akan menjadi sangat mahal," ujar gubernur dalam dialog interaktif televisi daerah saat membahas masalah harga ikan sebagai penyebab inflasi di Kota Palu.

Pihak Dinas KP Sulteng sendiri akan membuat membuat kebijakan tidak akan menerbitkan surat izin melaut kepada kapal-kapal penangkap ikan bila tidak berkomitmen membawa hasil tangkapannya ke daratan Sulawesi Tengah.

Para nelayan Donggala misalnya, kebanyakan membawa hasil tangkapannya ke Kalimantan Timur karena harga ikan di sana lebih tinggi. Hal ini menyebabkan stok ikan di pasaran Kota Palu sering langka sehingga memicu terjadinya inflasi.
 
TANGKAPAN IKAN MENURUN Nelayan menyortir ikan cakalang hasil tangkapannya di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (26/10). Hasil tangkapan ikan para nelayan di wilayah itu menurun dari biasanya sejak dua bulan terakhir akibat pengaruh musim angin Timur. ANTARASULTENG.COM/Basri Marzuki/17