Kunjungan wisatawan ke Tambing setelah bencana turun

id tambing

Kunjungan wisatawan ke Tambing setelah bencana turun

Objek Wisata Danau Tambing di Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) (ist)

Bukan hanya wisatawan mancanegara , tetapi wisatawan lokalpun yang datang ke destinasi wisata tersebut juga berkurang
Palu,  (Antaranews Sulteng) - Pengelola obyek wisata Danau tambing di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah mengklaim kunjungan wisatawan selama pasca bencana alam gempa bumi,tsunami dan likuifaksi di Kota Palu, Donggala dan Sigi menurun dibandingkan sebelumnya.

Penjaga kawasan wisata Danau tambing, Asdin di Palu, Jumat membenarkan arus wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata itu pasca bencana alam sangat minim.

"Bukan hanya wisatawan mancanegara , tetapi wisatawan lokalpun yang datang ke destinasi wisata tersebut juga berkurang," kata dia.

Menurut dia, penurunan kunjungan wisatawan lebih disebabkan adanya bencana alam yang melanda sejumlah kabupaten dan kota Palu yang terjadi pada 28 September 2018.

Bencana tersebut selain menelan korban jiwa ribuan orang, juga merusak banyak rumah penduduk dan juga berbagai infranstruktur seperti jalan, jembatan, listrik dan sarana komunikasi.

Bahkan jalan yang menghubungkan Palu dengan obyek wisata Danau Tambing di Desa Jono Oge sampai perbatasan Desa Sidera di Kecamatan Sigibiromaru diterjang gempabumi dan likuifaksi.

Badan jalan sepanjang hampir dua kilometer yang sudah diaspal tersebut lenyap diporak-porakndakan bencana alam likuifaksi.

Padahal, sebelum bencana alam menerjang wilayah Palu, Donggala dan Sigi, wisatawan, termasuk ,mancanegara yang berkunjung ke obyek wiisata Danau tambing saban hari cukup ramai.

Namun sejak terjadinya gempa hingga kini masih minim wisatawan yang datang berkunjung.

Destinasi wisata itu terletak pada keringgian sekitrar 1.700 meter dari permukaan laut dan sangat mudah dijangkau ?karena berada di jalur jalan Trans Sulawesi Palu-Napu-Poso.

Di lokasi wisata terdapat berbagai jenis tanaman anggrek yang endemik dan unik. Juga menjadi lokasi pengamatan burung yang hidup dan berkembangbiak di kawasan tersebut mencapai lebih 200 jenis dan 30 persen diantaranya satwa endemik sehingga menjadi daya tarik menarik bagi wisatawan mancanegera.