Perlengkapan bayi-wanita masih mendesak di pengungsian

id Pengungsi, perlengkapan bayi, palu

Perlengkapan bayi-wanita masih mendesak di pengungsian

Seorang warga terdampak likuifaksi menggendong cucunya di tenda di Kamp Pengungsian Terpadu di Kelurahan Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah. (ANTARA FOTO/BasriMarzuki)

Kami juga biasanya dibantu relawan lainnya melengkapi kebutuhan mendesak itu, meskipun jumlahnya tidak seberapa, tetapi paling tidak kebutuhan pengungsi bisa terpenuhi
Palu (Antaranews Sulteng) - Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah mengungkapkan, perlengkapan bayi dan wanita masih menjadi kebutuhan mendesak di tempat-tempat pengungsian di kota itu.
"Dari pantauan kami, banyak bayi dan wanita yang membutuhkan perlengkapan, seperti pembalut, popok maupun susu" kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu, Presly Tampubolon di Palu, Selasa. 
Presly menyebut, stok logistik khususnya perlengkapan bayi dan wanita yang dimiliki pemerintah sangat terbatas, sehingga kebutuhan tersebut terkadang tidak dapat terpenuhi. 
Sedangkan ketersediaan stok makanan bayi, katanya, sangat mencukupi disediakan oleh Dinas Kesehatan setempat.
"Kami juga biasanya dibantu relawan lainnya melengkapi kebutuhan mendesak itu, meskipun jumlahnya tidak seberapa, tetapi paling tidak kebutuhan pengungsi bisa terpenuhi," kata mantan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Palu ini. 
Selain logistik, kata Presly, kebutuhan mendesak lainnya yakni hunian, saat ini pengungsi masih berada di tenda-tenda pengungsian, meskipun sebagian kecil pengungsi sudah ada menempati hunian sementara (Huntara) yang disediakan pemerintah, seperti di lokasi pengungsian Kelurahan Petobo. 
"Harapan kami tentunya, para pengungsi bisa segera menempati huntara dan paling lambat akhir bulan ini," harapnya. 
Dia menguraikan, pasokan logistik saat ini masih bisa bertahan hingga akhir Desember 2018.
Sedangkan tahun anggaran 2019, Pemkot Palu akan mengalokasikan pembiayaan logistik pengungsi hingga Maret tahun depan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dikelolah Dinas Sosial setempat dalam bentuk pembiayaan jaminan hidup untuk kebutuhan dasar pengungsi. 
"Saat ini penyaluran logistik untuk pengungsi satu kali untuk kebutuhan tiga hari ke depan," ucapnya.
Hingga kini sebanyak 37,677 jiwa warga di ibu kota Provinsi Sulteng ini masih bertahan di 127 titik tempat pengungsian yang tersebar di sejumlah wilayah Kota Palu.
Mereka berharap segera mendapat hunian untuk tempat tinggal mereka.***