BI Sulteng ajak warga konsumsi ikan air tawar

id BI,Inflasi ,Sulteng,ikan,miyono

BI Sulteng ajak warga konsumsi ikan air tawar

Kepala Perwakilan BI Sulteng Miyono menyerahkan secara simbolis 5.000 bibit pohon cabai kepada warga di Kelurahan Palupi, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Selasa (18/12). (Antaranews Sulteng/Muh. Arsyandi)

Kandungan gizi dan protein dalam ikan air tawar tidak kalah dengan ikan air laut

Palu (Antaranews Sulteng) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Tengah, Miyono mengajak warga Palu agar beralih mengonsumsi dari ikan air laut ke ikan air tawar.

“Kandungan gizi dan protein dalam ikan air tawar tidak kalah dengan ikan air laut,” kata Miyono saat mengajak warga Kelurahan  Palupi, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Selasa.

Menurut Miyono, kandungan kolestrol ikan air laut lebih banyak dibanding ikan air tawar, sehingga mereka yang berumuran di atas 50 tahun dianjurkan untuk mengonsumsi ikan air tawar.

Kata Miyono, tingginya daya beli ikan air laut oleh masyarakat, tidak berbanding lurus dengan hasil produksi yang menyebabkan harga ikan air laut selalu naik. Hal itu menjadi salah satu penyebab utama inflasi di Kota Palu dan Sulteng.

“Kalau ikan  air laut seperti katombo itu bagus sekali untuk anak-anak, yang masih dalam masa pertumbuhan, karena kandungan proteinnya tinggi. Namun untuk yang dewasa, sebaiknya mengonsumsi ikan air tawar, karena kandungan kolestrolnya sedikit. Ini kata peneliti loh. Bukan kata saya. Rasa Ikan air laut  itu tidak kalah enak dengan ikan air tawar,” jelas Miyono.

Miyono yang juga wakil ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulteng meyakini, jika masyarakat beramai-ramai beralih mengonsumsi ikan air tawar, inflasi di Sulteng dapat ditekan serendah mungkin.

Terlebih kata dia, ketersediaan ikan air tawar di Palu dan kabupaten lainnya di Sulteng diyakini cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Selain ikan air tawar, kebutuhan pokok lainnya lanjut Miyono  yang turut menyumbang kenaikan inflasi adalah komoditas cabai. Apalagi warga di Palu juga gemar makan cabai.

“Kita di Palu, kalau tidak makan cabai dibilang belum makan. Cabai itu wajib ada, kalau kita mau makan. Makanya harga cabai yang selalu naik pada waktu-waktu tertentu,” kata Miyono pada kegiatan yang dirangkaikan dengan pembagian 5.000 bibit pohon cabai.

Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah kata Miyono yakni menanam sendiri pohon cabai di pekarangan rumah, baik di pot bunga, polibag maupun di halaman rumah.