MUI: Momentum pergantian tahun 2019 dijadikan pembelajaran

id Dikit, doa, pergantian tahun

MUI: Momentum pergantian tahun 2019 dijadikan pembelajaran

Wakil Sekretaris MUI, Najamudin Ramli memberikan pesan-pesan agama kepada jamaah saat zikir bersama menyambut pergantian tahun 2019, di rumah jabatan Bupati Parigi Moutong, Senin (31/12). (Antaranews Sulteng/Humas Pemda)

Jadikan sebagai refleksi atas apa yang selama ini kita perbuat dimuka bumi ini
Parigi (Antaranews Sulteng) - Wakil Sekretaris Majelis Ulama Indoneaia (MUI) Najamudin Ramli berpesan kepada umat Islam di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, untuk menjadikan momentum pergantian tahun 2019 sebagai pembelajaran dan introspeksi diri.

“Jadikan sebagai refleksi atas apa yang selama ini kita perbuat dimuka bumi ini,” kata Najamudin saat menghadiri dzikir bersama di rumah jabatan Bupati Parigi Moutong, Senin malam. 

Najamudin mengatakab beberapa waktu terakhir, sejumlah daerah di tanah air sedang dilanda bencana termasuk Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu. Peristiwa alam tersebut tidak terlepas dari campur tangan sang pencipta, Allah SWT. 

Sehingga kata dia, sebagai umat muslim perlu mempebaiki akhlak dan lebih meningkatakn ketaqwaan kepada Allah SWT, yang mungkin selama ini sudah mulai melemah. 

"Akhirat saat ini telah mengabarkan dunia. Kita di dunia ini hidup dalam permainan, dunia ini penuh dengan perhiasan, seakan kita sudah melupakan akhirat dan jauh dari Allah,” jelas Najamudin.

Dzikir bersama bertujuan untuk memanjatkan doa kepada sang pencipta agar diberikan keberkahan dan dijauhkan dari musibah dipimpin Ustad Ismail Musa
Pemerintah setempat menyambut tahun baru 2019 berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini lebih memperkuat kegiatan religi yakni melantunkan dzikir disejumlah tempat, baik di masjid maupun di tanah lapang sesuai edaran bupati dan Gubernur Sulawesi Tengah. 

Nadjamudin menyebut, tulisan Asmaul Husnah yang terpampang disepanjang jalan trans Parigi Moutong, merupakan pembelajaran yang sangat berharga. Menurutnya, dengan adanya pajangan Asmaul husnah maka akan sering dihafal oleh umat islam. 

“Orang berilmu itu harus benyak membaca dan mengikuti yang baik,” ujarnya.

Dia menjelaskan, kapan saja umat muslim bisa berdzikir, baik itu selesai shalat maupun saat beraktivitas maupun di waktu-waktu luang tanpa harus dipandu. 

“Berislam itu harus Islam berkualitas, seperti dari proses membaca, mendengar hingga mengabil hikmah ceramah agama dari para ustad dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari,” harap Najamudin.