Sejumlah korban gempa alami gangguan jiwa

id Palu,Kota Palu,Gangguan jiwa,Sakit jiwa

Sejumlah korban gempa alami gangguan jiwa

Ilustrasi (antaranews)

Jadi kita sistemnya jemput bola. Kita yang datang ke kantong-kantong pengungsian. Di sanalah kita menemukan korban yang mengalami gangguan jiwa dibantu relawan-relawan psikologi yang bekerjasama dengan RSUD Madani

Palu, (Antaranews Sulteng) - Gempa, tsunami dan likuifaksi yang melanda Kota Palu, Donggala dan Sigi pada 28 September 2018 telah berdampak pada gangguan jiwa sejumlah korban di tiga daerah tersebut.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Madani Palu Nirwansyah Parampasi mengatakan korban bencana yang ditemukan mengalami gangguan jiwa sekitar 30 orang, namun tidak ada yang menjalani rawat inap di rumah sakit tersebut. 

"Tidak ada penderita gangguan jiwa yang dirawat inap. Mereka hanya menjalani perawatan jalan," kata Nirwansyah di ruang kerjanya, Rabu siang.

Dijelaskan dari jumlah tersebut juga tidak ada pihak keluarga penderita yang datang ke RSUD Madani agar memperoleh penanganan dan perawatan oleh tim psikiater.

"Jadi kita sistemnya jemput bola. Kita yang datang ke kantong-kantong pengungsian. Di sanalah kita menemukan korban yang mengalami gangguan jiwa dibantu relawan-relawan psikologi yang bekerjasama dengan RSUD Madani," jelas Nirwansyah.

Gangguan jiwa yang dialami korban lanjut Nirwansyah, bukan gila. Melainkan depresi dan stres. Ada juga penderita gangguan jiwa yang pasca bencana terlihat selalu murung, pendiam dan mengucilkan diri.

Menurut Nirwansyah, wajar jika ditemukan korban bencana yang mengalami gangguan jiwa dengan ciri-ciri seperti tadi sebab bencana yang meluluhlantahkan tiga daerah tersebut sangat mengguncang psikologi korban apalagi korban yang kehilangan tempat tinggal dan keluarga.

"Olehnya langkah yang kita lakukan dengan menurunkan psikiater dan psikolog untuk mengatasi gangguan kejiwaan yang mereka alami. Mereka masih bisa berkomunikasi dengan kita. Bukan seperi orang gila yang dijalanan," kata Nirwansyah.

Di samping itu pihaknya juga dengan relawan psikolog dari luar Sulteng melakukan trauma healing kepada korban terdampak bencana tujuannya agar mengatasi dan menghilangkan depresi dan stres serta trauma yang dialami korban bencana.

"Kita mulai mencari dan mendata korban yang mengalami gangguan jiwa di minggu ke dua pasca bencana sebab dua minggu pertama kita fokus penangan medis. Mereka juga kita beri penguatan spiritual agar gangguan yang mereka alami segera hilang," ucap Nirwansyah.***