30 persen destinasi wisata rusak akibat bencana

id Destinasi wisata, bencana, pariwisata sulteng

30 persen destinasi wisata rusak akibat bencana

Kapal Sabuk Nusantra 39 yang terdampar ke daratan akibat gempa dan tsunami di desa Wani, Pantai Barat Donggala, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras/18. (Antaranews Sulteng/Muh. Adimaja) (Antaranews Sulteng/Muh. Adimaja/)

Palu  (Antara News) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menyebut kerusakan objek wisata di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala sebagai daerah terdampak bencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi 28 Septeber 2018 mencapai 30 persen.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulteng I Nyoman Sariadijaya saat dihubungi, Sabtu, mengatakan, kerusakan fasilitas dan destinasi wisata sebagian besar di Kota Palu sebagai ibu kota Sulteng yang hampir semuanya rusak berat akibat gempa bermagnitudo 7,4 pada skala richter yang neyulut tsunami dan likuefaksi.

"Kerusakan infrastruktur didominasi objek wisata buatan dan kondisinya rusak berat," kata Nyoman.

Dia memaparkan, sebagai kota yang sedang berkembang, Palu memiliki berbagai objek wisata buatan yang disediakan pemerintah setempat maupun pengembang yang fokus pada industri pariwisata untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke daerah tersebut, salah satunya yakni kawasan pantai Talise yang menjadi pusat keramaian.

Kawasan yang menjadi icon kota dijuluki tiga dimensi itu luluh lantah diterjang tsunami, akibatnya seluruh destinasi wisata di kawasan Teluk Palu rusak, bahkan sebagian besar tidak dapat difungsikan seperti semula.

Berdasarkan peta zona rawan bencana, kawasan Teluk Palu dengan panjang 7,2 kilometer itu tidak dizinkan untuk dimanfaatkan pada radius 200 meter.

Lebih lanjut dia menjelaskan, destinasi wisata cagar budaya seperti Banua Oge, museum dan sejumlah cagar budaya lainnya di Kabupaten Sigi dan Donggala mengalami rusak ringan termasuk koleksi didalamnya, demikian pula objek wisata alam.

"Tidak semua objek wisata di tiga daerah terdampak rusak, masih ada yang utuh sehingga masih bisa dimanfaatkan," ungkap mantan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Parigi Moutong ini.

Nyoman menambahkan, destinasi wisata yang berada di daerah tidak terdampak bencana masih tetap dikunjugi wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, termasuk Kepulauan Togena di Kabupaten Tojo Una-Una.

Sementara, dari sisi amenitas atau fasilitas pendukung industri pariwisata sebagian besar kerusakan dibidang perhotelan maupun restoran.

Dari data Dinas Pariwisata Sulteng, terdapat ada delapan hotel berbintang di Palu mengalami kerusakan cukup berat.

"Kami belum bisa merinci berapa besar kerugian materil destinasi dan amenitas yang ditimbulkan becana, karena kami belum menemukan datanya. Dari perhotelan yang ada di Palu misalnya, tidak ada satu pun pengembang memberikan informasi kepada kami berapa kerugian mereka alami," tutur Nyoman.