Ratusan rumah warga di Parigi Moutong diterjang banjir rob

id Banjir rob, sasusu, parigi mouting

Ratusan rumah warga di Parigi Moutong diterjang banjir rob

Seorang warga membersihkan sampah tergenang akibat air laut pasang hingga menggenangi pemukiman warga di Dusun I Desa Sausu Piore, Kabupaten Parigi Moutong, Rabu (23/1) malam. (Antaranews Sulteng/Moh Ridwan)

Baru kali ini lagi banjir seperti ini datang setelah 2009 silam

Parigi, (Antaranews Sulteng) - Sebanyak 103 unit rumah warga di Dusun I Desa Sausu Piore Kecamatan Sausu, Parigi Moutong,  Sulawesi Tengah diterjang banjir rob karena permukaan air laut naik ke daratan.

"Kondisi ini sudah berlangsung empat hari terakhir," kata Sutomo, warga setempat, ditemui Rabu malam.

Banjir rob biasanya terjadi di daerah-daerah yang lebih rendah dari permukaan air laut, sehingga dalam kondisi tertentu saat air laut pasang akan meluap menggenangi daratan.

Di wilayah Sausu Piore, ketinggian air mencapai hampir setinggi lutut orang dewasa sehingga membatasi aktivitas mereka.

Akibatnya, warga setempat terpaksa mengamankan barang-barang berharga mereka ketempat lebih aman.

"Baru kali ini lagi banjir seperti ini datang setelah 2009 silam," katanya.

Menurut warga, meluapnya air laut hingga menggenangi pemukiman mereka, karena tanggul penahan air laut jebol sehingga air dengan muda masuk ke pemukiman.

"Tanggul itu hanya tumpukan tanah. Dulu dikerjakan PNPM setempat. Sebelumnya penanganan menggunakan dana swadaya masyarakat, kami harus mengeluarkan uang Rp50.000 per kepala keluarga," ungkapnya.

Makmur, warga lainnya mengatakan, kondisi itu sudah berlangsung selama empat hari terakhir. Siklus air pasang mulai pukul 18.00 WITA, dan punyaknya pukul 19.00 WITA hingga pukul 20.00 WITA.

Makmur mengaku, sejauh ini belum ada tindakan dilakukan pemerintah desa setempat.

"Kiranya ada solusi dari pemerintah agar situasi seperti ini bisa secepatnya tertangani dan tidak terjadi lagi," harap Makmur.

Banjir rob, katanya, selain menggenangi rumah warga juga mengganggu aktivitas mereka melaut, karena tingginya ombak disertai angin kencang.

"Sudah empat hari kami tidak melaut, sebagian besar profesi warga di sini adalah nelayan," ucapnya.

Hingga kini warga tidak bisa berbuat banyak, mereka hanya berharap cuaca buruk yang melanda secepatnya berlalu, agar mereka bisa kembali melakukan aktivitasnya seperti semula.***