Korban bencana kian resah, pencurian di lokasi pengungsian Balaroa marak

id Balaroa,Pencurian,Pengungsi,Kota Palu

Korban bencana kian resah, pencurian di lokasi pengungsian Balaroa marak

Anak-anak korban likuefaksi di kawasan pengungsian terpusat di kawasan Sport Center Balaroa bermain bersama teman-teman sebayanya, Senin sore (28/1). (Antaranews Sulteng/Muh. Arsyandi)

Palu (Antaranews Sulteng) - Ratusan pengungsi di kawasan Sport Center Kelurahan Balaroa, Kota Palu, kini resah karena meningkatnya tindak kriminalitas terutama pencurian.

"Macam-macam yang hilang di sini. Ada beras, terpal hingga perlengkapan bayi seperi minyak kayu putih, bedak dan popok," kata Ela, salah seorang korban bencana yang tinggal di lokasi pengungsian Balaroa, Selasa.

Pencurian itu, kata Ela, dialami puluhan pengungsi yang menghuni lokasi itu sejak minggu pertama pascagempa, tsunami dan likuefaksi, 28 September 2018.

"Saya kehilangan uang Rp400 ribu yang saya simpan di dalam popok bayi. Uang itu saya simpan di dalam tenda. Padahal uang itu saya mau pakai untuk modal usaha berjualan," katanya sedih.

Ela yakin pelaku pencurian bukan orang asing melainkan orang di sekitar pengungsian sebab lokasi penyimpanan barang berharga milik pengungsi dapat diketahui keberadaannya.

"Paling orang-orang sini tapi kita tidak tahu siapa orangnya. Bagaimana tidak yakin, posisi dan letak uang yang saya simpan di dalam popok bisa hilang berarti dia tahu kalau saya simpan UANG itu di sana," ujarnya.

Hal senada dikemukakan Ketua Tim Posko Kesehatan pengungsi Balaroa, Iin Staryo.

Menurut dia, pencurian tidak hanya terjadi di tenda pengungsi tapi juga di tanda penampungan logistik.

Bantuan logistik berupa perlengkapan bayi, lansia dan ibu hamil tidak luput dari pencurian di tenda penampungan bantuan logistik tersebut.

"Sudah beberapa kali kehilangan di sini seperi popok, minyak kayu putih, beras, minyak goreng dan lain-lain," kata Iin.

Iin berharap pihak kepolisian dan TNI segara turun tangan mengatasi persoalan yang terjadi mengingat banyak pengungsi yang sudah tidak betah tinggal di sana akibat ketidakamanan lokasi pengugsian mereka.