Impor Sulteng melonjak pascabencana 2018

id BPS Sulteng,BPS,Sulteng,Huntara,Relawan

Impor Sulteng melonjak pascabencana 2018

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sulteng Rukhedy KH memaparkan data statistik perekonomian Sulteng di tahun 2018 di Kantor Sementara BPS Sulteng, Rabu siang (6/2). (Antaranews Sulteng/Muh. Arsyandi)

Palu (Antaranews Sulteng)  Badan Pusat Satatistik (BPS) mencatat nilai impor barang dan jasa ke Sulalwesi Tengah selama kurun waktu 2018 sangat tinggi mencapai 125,41 persen dibanding tahun sebelumnya.

Angka tersebut sangat besar jika dibandingkan angka ekspor barang dan jasa yang berkisar 70,42 persen.

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sulteng Rukhedy KH mengatakan di Palu, Kamis, penyebab utama melambungnya impor barang dan jasa ke Sulteng disebabkan pembangunan hunian sementara (huntara) dan relawan dari berbagai lembaga dan yayasan kemanusiaan.

"Bahan-bahan baku huntara seperti baja ringan banyak diimpor karena di Sulteng tidak ada. Begitu juga dengan relawan yang banyak datang ke Palu, Sigi dan Donggala pascabencana untuk menolong dan melayani korban," kata Rukhedy usai memaparkan pertumbuhan ekonomi Sulteng 2018.

Menurut dia, peningkatan angka tersebut cukup berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulteng 2018 yang mencapai 6,30 persen.

"Karena banyak lapangan pekerjaan terbuka untuk membangun huntara sebab yang dipekerjakan buruh lokal terutama yang kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal," jelas Rukhedy.

Sementara jasa relawan dari bebagai lembaga dan yayasan kemanusiaan dari dalam dan luar negeri juga cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Sulteng terutama di tiga daerah terdampak bencana.

"Makan, akomodasi dan lain-lain untuk memenuhi kebutuhannya selama di sini pasti dicari di sini sehingga warga memanfaatkan itu untuk memperoleh uang," ujarnya.

Sementara itu, Rukhedy menerangkan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Sulteng pada triwulan IV 2018 tercatat 98,44 persen. 

Artinya masyarakat menilai kondisi ekonomi mereka pada triwulan IV 2018 lebih buruk dibandingkan triwulan III 2018.

"Itu ditunjukkan dengan angka ITK di bawah 100. Akan tetapi angka optimisme masyarakat  pada triwulan IV 2018 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat indeks sebesat 96,38," kata Rukhedy.