Produksi Bawang dan Cabai di sulteng menggembirakan

id bawang

Produksi Bawang dan Cabai di sulteng menggembirakan

Illustrasi - Seorang nelayans edang memanen bawang merah di kebunnya. (ANTARA)

Ini hal yang sangat mengembirakan bagi pemerintah maupun petani di Sulteng
Palu,  (Antaranews Sulteng) - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Tengah mengklaim bahwa produksi komoditi hortikultura berupa bawang merah dan cabai di provinsi itu setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang sangat mengembirakan.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng, Trie Iriyani Lamakampali di Palu, Minggu, membenarkan dua komoditas pangan tersebut meningkat produksinya setiap tahun.

"Ini hal yang sangat mengembirakan bagi pemerintah maupun petani di Sulteng," kata dia.

Peningkatan produksi bawang dan cabai di daerah ini, kata dia, tentu tidak terlepas dari hasil kerja keras petani yang dengan semangat tinggi terus memperluas areal halan garapannya.

Baik bawang maupun cabai di pasaran, harganya cukup menjanjikan bagi para petani. Apalagi, katanya, jika permintaan meningkat dan stok kurang,harga pasti bergerak naik.

Menurut dia, jika harga naik, maka yang menikmati adalah petani, sebab harga di tingkat produses akan naik pula.

Khusus di Sulteng, permintaan terhadap bawang dan cabai cukup tinggi. Pangsa pasar bukan hanya di tingkat lokal, tetapi sampai keluar daerah.

Produksi petani selama ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, tetapi juga dipasarkan ke sejumlah daerah di Tanah Air seperti selama ini ke Kaltim, Gorontalo, Manado dan Pulau Jawa.

Petani harus bisa memanfaatkan permintaan pasar dengan terus meningkatkan produksi.

Harga bawang merah dan cabai di pasaran saat ini berkisar Rp25.000 per kilogram. Saat stok menipis, harga bisa naik hingga mencapai Rp60.000 per kilogram.

Produksi bawang merah petani Sulteng pada 2018 meningkat mencapai 18,37 dari total produksi pada 2017. Begitu pula cabai besar meningkat sekitar 27,93 persen dan cabai rawit naik 43,99 persen dibandingkan sebelumnya.

Di Provinsi Sulteng ada dua daerah sentra produksi hortikultura yakni Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi.

Hanya saja Kabupaten Sigi banyak areal pertanian yang rusak akibat gempabumi 7,4 SR yang terjadi pada 28 September 2018.

Bahkan, hingga kini masih banyak petani yang belum menggarap lahan pertanian karena kesulitan air irigasi kering dan rusak akibat gempa.

Jaringan irigasi yang rusak di Kabupaten Sigi belum diperbaiki.

Sabhan, seorang petani di Desa Jono Oge berharap pemerintah secepatnya memperbaiki kembali irigasi yang rusak agar petani bisa kembali beraktivitas seperti biasanya.