Guru Besar : sekolah bukan bimbingan belajar

id bimbel,riri

Guru Besar : sekolah bukan bimbingan belajar

Guru besar teknologi komputer Universitas Indonesia Prof Riri Fitri Sari (iwgm.ui.ac.id)

Saya perhatikan saat ini sekolah lebih banyak seperti bimbingan belajar, hanya memberikan latihan soal-soal agar siswa bisa diterima di perguruan tinggi.  Seharusnya sekolah mendorong agar siswa memiliki budaya meneliti

Jakarta,  (Antaranews Sulteng)- Guru besar teknologi komputer Universitas Indonesia Prof Riri Fitri Sari mengatakan sekolah bukan bimbingan belajar yang hanya memberikan siswa latihan soal-soal.

"Saya perhatikan saat ini sekolah lebih banyak seperti bimbingan belajar, hanya memberikan latihan soal-soal agar siswa bisa diterima di perguruan tinggi.  Seharusnya sekolah mendorong agar siswa memiliki budaya meneliti," ujar Prof Riri di Jakarta, Rabu.

Dia menambahkan budaya meneliti membuat anak cenderung untuk berpikir kreatif, runtut, detail dan menyelesaikan masalah.

Menurut Riri, budaya meneliti perlu dibangun di sekolah bukan untuk membuat semua siswa menjadi peneliti saat dewasa.  Akan tetapi kegiatan itu melatih anak melihat masalah sekaligus mencari solusinya.

"Dengan meneliti, membuat anak berpikir kreatif, logis, runtut dan detail. Sangat bagus untuk pola pikirnya dan anak tidak mudah putus asa," kata dia.

Festival Sains dan Budaya (FSB) 2019 akan diselenggarakan di Sekolah Kharisma Bangsa, Tangerang Selatan, Banten pada 22 Februari hingga 24 Februari. FSB 2019 adalah gabungan dua event bergengsi yaitu Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) dan Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia (OSEBI).

Kepala Sekolah SMA Kharisma Bangsa Imam Husnan Nugroho menjelaskan FSB sangat ditunggu-tunggu para siswa.

"Peserta FSB datang dari berbagai wilayah di Tanah Air seperti Sumatera, Jawa dan Kalimantan.  Akan tetapi tidak ada wakil dari kota besar macam Jakarta dan Bandung," kata Imam.

Sementara itu, Presiden OSeBI yang juga Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta, Liliana Muliastuti, mengatakan pendidikan seni budaya dan bahasa juga diperlukan sebagai bagian dari upaya pendidikan karakter.

"Seni dapat menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan. Otak kanan mengarah pada kecerdasan verbal, seni dan olah raga. Sedangkan otak kiri lebih pada kecerdasan matematika," kata Liliana.