Sawit Indonesia menyongsong awal tahun yang lebih menjanjikan

id sawit,gapki

Sawit Indonesia menyongsong awal tahun yang lebih menjanjikan

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada acara peresmian Program Peremajaan (replanting) Kebun Kelapa Sawit Rakyat di Desa Pelita kecamatan Bagan Sinembah, Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5/2018). (ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/)

Palu (ANTARA) - Industri sawit mulai bangkit dari keterpurukan karena rendahnya harga CPO global yang mencapai harga rata-rata terendah sejak Agustus 2006. Harga CPO global mulai merangkak naik, harga CPO global pada Januari 2019 bergerak di kisaran US$ 520 – 542.50 per metrik ton dengan harga rata-rata US$ 530,7 per metrik ton. 

Sebelumnya pada Desember 2018 harga CPO global bergerak di kisaran US$ 470 – 507,50 dengan harga rata-rata US$490,5 per metrik ton. Harga yang mulai bergeliat ini dipengaruhi stok minyak sawit Indonesia dan Malaysia yang mulai menipis dan permintaan pasar global yang mulai bergeliat.

Perluasan mandatori biodiesel 20 persen (B20) kepada non-PSO sejak diberlakukan September 2018 terus berjalan secara konsisten dengan trend yang cenderung meningkat. Pada awal tahun ini, penyerapan biodiesel di dalam negeri mencapai 552 ribu ton atau naik 9% dibandingkan Desember 2018 yang hanya mencapai 507 ribu ton. 

Di awal tahun 2019 ini Pemerintah berencana untuk melakukan uji coba pencampuran B30, diharapkan hasil uji coba B30 ini dapat mengakselerasi program mandatori B30 sehingga penyerapan minyak sawit di dalam negeri dapat digenjot lebih tinggi. 

Program mandatori biodiesel ini selain menghemat pengeluaran negara untuk impor solar dapat juga menggenjot harga minyak sawit global akibat pengurangan pasokan ke pasar global. Hal ini juga membuat Indonesia menjadi lebih kokoh dalam ketahanan energi dan tidak perlu lagi bergantung kepada negara tujuan ekspor yang menerapkan berbagai persyaratan yang berat.

Sejalan dengan peningkatan penyerapan di dalam negeri, pada Januari 2019 ekspor juga meningkat.

Sepanjang Januari ini, volume ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya, Olechemical dan Biodiesel) tercatat naik 4% dibandingkan dengan Desember 2018 lalu atau dari 3,13 juta ton naik menjadi 3,25 juta ton. Sementara itu, volume ekspor CPO, PKO dan turunannya saja (tidak termasuk oleochemical dan biodiesel) mencapai 3,10 juta ton atau juga naik 5% dibandingkan pada Desember 2018 lalu yang hanya mampu mencapai 2,95 juta ton. 
 
Kapal-kapal tangker minyak sawit (CPO) antre menunggu pengisian CPO untuk diekspor langsung ke negara tujuan dari Pelabuhan Khusus milik AAL Group di Pasangkayu, Selasa (17/2) (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha) (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha/)

Ekspor di bulan Januari ini terdiri CPO sekitar 746,06 ribu ton atau sekitar 23% dari total volume ekspor dan sisanya 77% merupakan produk turunan atau olahan dari CPO. Geliat pasar global ini terutama didukung oleh demand dari beberapa pasar non-tradisional yang meningkat cukup signifikan.

Januari ini negara Afrika membukukan peningkatan impor minyak sawit dari Indonesia hingga 74 persen atau dari 181,48 ribu ton Desember 2018 terkerek menjadi 315.91 ribu ton. Kenaikan impor ini diikuti oleh Bangladesh 43 persen, Amerika Serikat 26 persen, negara-negara Timur Tengah 13 persen dan India  9 persen.

Pada awal tahun 2019, India memberikan pengurangan bea masuk impor kepada Malaysia untuk CPO yang semula 44 persen menjadi 40 persen dan untuk refined palm oil menjadi 45 persen dari sebelumnya 54 persen.

Pemerintah Indonesia diharapkan mengadakan lobby yang lebih intens dengan Pemerintah India dan membuat perjanjian dagang khusus untuk mendapatkan tarif khusus agar harga minyak sawit Indonesia tetap kompetitif.

Di sisi lain, pada Januari ini Pakistan mencatatkan penurunan sebesar 8,5 persen atau dari 290,26 ribu ton di Desember 2018 tergerus menjadi 265,49 ribu ton. Penurunan diikuti oleh Uni Eropa 4 persen dan China 3 persen. 

Sejak China mulai menggalakkan dan mempromosikan program penggunaan renewable energy, impor biodiesel Negeri Tirai Bambu dari Indonesia menunjukkan angka yang konsisten. Januari ini impor biodiesel dari Indonesia mencapai 10 ribu ton. Angka ini sama dengan Desember 2018 lalu.

Menutup bulan Januari 2019, stok minyak sawit Indonesia bertengger di 3,02 juta ton atau turun 7 persen  dibandingkan Desember 2018 lalu sebesar 3,26 juta ton.
 
Ketua GAPKI Joko Supriyono (.) saat menghadiri Pakistan Edible Oil Conference (PEOC) di Karachi (19/1/2019). (Antaranews Sulteng/Humas GAPKI)