DP3A upayakan pemenuhan perlindungan perempuan-anak korban gempa

id DP3A Sulteng

DP3A upayakan pemenuhan perlindungan perempuan-anak korban gempa

Sekretaris DP3A Sulteng, Bambang  Suswandi SKM menyampaikan sambutan pada kegiatan penguatan perempuan penyintas untuk pemenuhan perlindungan perempuan dan anak korban bencana, di Donggala, pada Jumat 8/3. (Humas DP3A Sulteng)

Palu (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sulawesi Tengah mengupayakan pemenuhan perlindungan perempuan dan anak korban bencana gempa dan tsunami di Kabupaten Donggala.

"Kita harapkan perempuan penyintas dalam pemenuhan perlindungan perempuan dan anak korban bencana, dapat mengurangi resiko kekerasan terhadap perempuan dan anak pascabencana,” ucap Kepala Seksi Sub Bagian Perlindungan Hak Perempuan, Nurfatnila K. Achmad, di Palu, Senin.

Perempuan dan anak menjadi salah satu komponen yang paling terdampak saat dan pascabencana gempa, tsunami dan likuefaksi menghantam Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala.

Karena itu, sebut dia, perempuan para penyintas perlu diberikan penguatan, agar mereka dapat serta menjadi perpanjangan dalam upaya pemenuhan hak-hak perempuan dan anak pascabencana.

DP3A Sulteng, akui dia, telah melakukan penguatan perempuan penyintas untuk pemenuhan perlindungan perempuan dan anak korban bencana di Donggala, pada Jumat (8/3).
 
DP3A Sulteng, memberi penguatan terhadap 80 perempuan penyintas untuk pemenuhan perlindungan perempuan dan anak korban bencana, di Donggala, pada Jumat 8/3. (Humas DP3A Sulteng)

“Kegiatan tersebut juga bisa menguatkan penyintas tentang hak untuk meminta dan mendapat perlindungan, bantuan dari otoritas pemerintah atau kelembagaan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap penyintas,” kata Nurfatnila.

DP3A melibatkan 80 peserta, dengan narasumber Anggota DPRD Sulteng Naharudin, Salma Masri, Moh. Basir, Irmawati Sahi, dan  Dr Nadhiatulhuda Mangun.
Sekretaris DP3A Sulteng, Bambang  Suswandi SKM, mengatakan bencana pada tanggal 28 september 2018, mengakibatkan 2.113 jiwa meninggal dunia, 1.309 hilang dan ribuan jiwa lainnya kehilangan tempat tinggal.

"Akibat musibah tersebut para penyintas kemudian tinggal di titik pengungsian yang terletak di  Kabupaten Donggala, Kota Palu dan Kabupaten Sigi," kata dia.

Di antara para penyintas, sebut dia, ada potensi masalah gender dimana terdapat kaum perempuan dan anak yang sangat rentan menjadi korban kekerasan pascabencana. 

Selain status gender, kondisi sosial, posisi mereka di dalam masyarakat, status pernikahan, status ekonomi, dan keyakinan yang mereka anut juga turut menjadi faktor yang meningkatkan kerentanan kekerasan terhadap perempuan.