Kapolda: Polisi Serba Salah Dalam Penanganan Konflik

id kapolda sulteng konflik

Kapolda: Polisi Serba Salah Dalam Penanganan Konflik

Kapolda Sulteng Brigjen Pol Dewa Parsana saat memberikan sambutan pada Perayaan Natal Umat Kristen se-Kota Palu, Senin (7/1), mengatakan perayaan Natal 2012 di seluruh Sulteng khitmad, aman, tenteram dan damai. (ANTARANews/Rolex Malaha)

Tidak pakai senjata salah, pakai senjata salah," kata Kapolda.
Palu (antarasulteng.com) - Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana mengatakan polisi dalam menangani sejumlah kasus konflik komunal di daerah ini dalam posisi serba salah dan terjepit.

"Tidak pakai senjata salah, pakai senjata salah," katanya pada rapat dengar pendapat bersama DPRD Sulawesi Tengah di Palu, Rabu.

Rapat dengar pendapat tersebut dilaksanakan dalam rangka mengevaluasi kondisi keamanan dan solusi penyelesaian sejumlah konflik dan kekerasan yang terjadi di wilayah ini.

Rapat tersebut dilaksanakan menyusul terjadinya sejumlah bentrok antarwarga di Sigi, ancaman bom di Morowali dan Poso, dan aksi penembakan oleh kelompok sipil bersenjata di Poso.

Rapat itu juga menghadirkan lima perwakilan kepala daerah di daerah potensi konfliknya besar yakni Sigi, Poso, Morowali, Donggala dan Kota Palu.

Dewa Parsana mengatakan kendala yang dihadapi aparat dalam penegakan hukum di daerah konflik adalah adanya pertentangan permintaan di tengah masyarakat.

"Ada yang minta penegakan hukum, diminta pelaku ditangkap. Begitu ditangkap yang lain minta dilepas, polisi jadi sasaran. Kantor polisi diserang, mobil polisi dirusak," katanya.

Dia mengatakan penanganan di daerah konflik berbeda dengan penanganan di daerah perang karena tidak jelas mana musuh mana kawan.

"Ini semua saudara. Apalagi malam hari, aparat berhadapan dengan masyarakat yang sudah menggunakan senjata mematikan. Kita melerai, kita yang jadi sasaran," katanya.

Dewa Parsana mengatakan meski dalam posisi terjepit, polisi tetap memaksimalkan fungsinya sebagai pengamanan.

Kapolda mengatakan masalah keamanan tidak hanya menjadi tugas kepolisian tetapi menjadi tugas semua masyarakat.

Dewa Parsana mengakui bahwa serangan terhadap polisi juga cukup tinggi antara lain meminta polisi bersikap profesional dalam penanganan kasus-kasus kekerasan dan konflik.

Rapat dengar pendapat yang dipimpin Wakil Ketua Handry Kawulur tersebut memberikan kesempatan kepada perwakilan dari kepala daerah untuk menyampaikan kondisi keamanan di daerah masing-masing.

Dari pertemuan tersebut terungkap sejumlah kasus kekerasan yang terjadi di daerah ini karena berbagai faktor antara lain kurangnya lapangan pekerjaan, terbatasnya akses pemanfaatan sumber daya alam, minuman keras dan konflik-konflik perbatasan wilayah serta faktor pengamanan yang dianggap belum profesional sehingga terjadi salah sasaran. (A055)