Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melibatkan jejaring dan mitra Sub-Klaster Perlindungan Hak Perempuan (PHP) untuk memberdayakan perempuan dan anak di lokasi pengungsian pascaterdampak gempa, tsunami dan likuefaksi yang ada di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Parigi Moutong.
"Strategi pemberdayaan perempuan korban bencana di lokasi pengungsian dilakukan melalui koordinasi jejaring dan mitra Sub-Klaster Perlindungan Hak Perempuan (PHP)," ucap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sulawesi Tengah, Ihsan Basir, Rabu.
Kata Ihsan pelibatan jejaring dan sub-klaster pemberdayaan perempuan dan anak di lokasi pengungsian empat daerah, menjadi tanggung jawab DP3A.
Pelibatan itu, sebut Ihsan, agar dalam upaya penanganan pemberdayaan perempuan dan anak pascabencana berjalan secara terstruktur, sistematis dan masi karena jejaring dan mitra sub klaster pemberdayaan perempuan-anak yang berada di lapangan melakukan pendampingan, fasilitasi, sekaligus koordinasi dengan pihak lain termasuk DP3A Sulteng.
"Bentuknya adalah memfasilitasi dan menjadi koordinator antara OPD terkait dan lembaga/NGO yang fokus di isu-isu perlindungan perempuan dan anak," sebut Ihsan.
Bentuk pemberdayaan yang dilakukan yaitu meliputi intervensi kegiatan sosialisasi, training, workshop, FGD dan lokakarya bagi penyintas dan pengelola Tenda Ramah Perempuan (TRP), di 12 titik di Palu, Sigi, Donggala.
TRP didirikan oleh UNFPA bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, melibatkan NGO lokal seperti Libu Perempuan dan KPKPST, dan DP3A Provinsi Sulteng, Palu, Sigi dan Donggala.
Selain itu ada juga pelatihan-pelatihan keterampilan untuk meningkatkan usaha ekonomi perempuan.
Sebelumnya Kelompok Perjuangan Kesetaraan Perempuan Sulawesi Tengah (KPKP-ST) bekerjasama dengan United Nations Population Fund (UNFPA) melatih 60 relawan menjadi pendamping penanganan kekerasan berbasis gender di dua kabupaten terdampak bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Kabupaten Sigi dan Donggala.
Harapan kita dengan pelatihan bertahap ini paling tidak menjadi sala satu upaya dari meminimalisir terjadinya tindak kekerasan berbasis gender dan sebagai upaya memaksimalkan pendampingan dan penanganan terhadap penyintas kasus kekerasan khususnya bagi perempuan, anak-anak dan kelompok rentan lainnya di daerah ini, ucap Soraya Sultan, Ketua Yayasan KPKP-ST.
Soraya Sultan mengemukakan, berbagai bentuk kekerasan berbasis gender seringkali terjadi tanpa mengenal strata sosial seseorang baik bagi penyintas ataupun siapa pelakunya, bahkan dalam situasi pasca bencana sekalipun.
Karena itu, sebut dia, KPKP-ST berinisiatif untuk melatih 60 relawan dari tenda ramah perempuan yang ada di Kabupaten Donggala dan Sigi untuk menjadi pendamping penanganan korban kekerasan berbasis gender.
Kami mengawali kegiatannya dengan workshop yang di ikuti 120 peserta korban bencana gempa, tsunami dan likuefaksi di Donggala dan Sigi. Selain itu juga dari puskesmas di dua kabupaten tersebut yang telah terbentuk tenda ramah perempuan, Kemenag, DP3A, P2TP2A, bidan kesehatan reproduksi, ujar Soraya Sultan.
Berita Terkait
Ibu hamil usia anak masih banyak ditemukan di Kabupaten Bulukumba
Sabtu, 18 November 2023 6:51 Wib
DP3A-Palu optimalkan pencegahan kekerasan anak melalui PATBM
Rabu, 8 November 2023 17:38 Wib
Sulteng bertekad cegah nikah usia dini secara optimal
Rabu, 8 November 2023 16:46 Wib
DP3A Kota Palu gencarkan sosialisasi cegah perundungan di kalangan pelajar
Jumat, 27 Oktober 2023 14:08 Wib
DP3A berkomitmen cegah perkawinan anak di Sulteng
Rabu, 25 Oktober 2023 15:27 Wib
LPKA siapkan inovasi klinik konseling anak di Kota Palu
Rabu, 11 Oktober 2023 15:15 Wib
DP3A Provinsi Sulteng: Empat kabupaten dan satu kota dapat penghargaan KLA
Selasa, 1 Agustus 2023 15:55 Wib
Rektor UIN Datokarama: Perempuan punya peran sama dengan laki-laki dalam pemilu
Selasa, 27 Juni 2023 16:53 Wib