New York (ANTARA) - Harga minyak mentah sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tertekan data pemerintah yang menunjukkan bahwa penurunan persediaan minyak mingguan AS lebih rendah dari perkiraan pasar.
Minyak mentah Brent menguat ke level tertinggi tahun ini di awal sesi, didukung oleh penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS yang dilaporkan oleh kelompok perdagangan American Petroleum Institute (API) pada Selasa (16/4/2019) malam.
Namun, data resmi dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (17/4/2019) menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah 1,4 juta barel, sekitar setengah dari penurunan yang dilaporkan oleh API.
"Reli semalam didasarkan pada prediksi penurunan tiga juta barel per hari dalam minyak mentah tidak terwujud," kata Direktur Berjangka Energi Mizuho, Bob Yawger, di New York. "Anda akan membutuhkan katalis lain."
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni turun 0,1 dolar AS menjadi ditutup pada 71,62 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Selama sesi, kontrak sempat menyentuh 72,27 dolar AS per barel, tertinggi tahun ini.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun 0,29 dolar AS menjadi menetap pada 63,76 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Kontrak menyentuh tertinggi sesi di 64,61 dolar AS per barel, sedikit di bawah tertinggi 2019 sebesar 64,79 dolar AS pada minggu lalu.
Minyak mentah masih terus didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil di China.
Ekonomi China tumbuh sebesar 6,4 persen pada kuartal pertama, data resmi menunjukkan, menentang ekspektasi untuk pelambatan lebih lanjut dan mengurangi ketegangan pasar global karena kesepakatan perdagangan AS-China juga tampak dekat.
Pemerosesan kilang-kilang di China - pengguna minyak mentah terbesar kedua di dunia - naik 3,2 persen pada Maret dari setahun sebelumnya.
"Sisi permintaan mendapat perangsang substansial melalui data China hari ini, menunjukkan harga akan terus bergerak lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan global dan sentimen risiko," kata Kepala Perdagangan SPI Asset Management Stephen Innes.
Harga tahun ini telah didukung oleh pakta yang dicapai oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, untuk membatasi produksi minyak mereka sebesar 1,2 juta barel per hari. Pasokan global semakin diperketat oleh sanksi-sanksi AS terhadap anggota OPEC, Venezuela dan Iran.
Ekspor minyak mentah Iran telah turun pada April ke level harian terendah tahun ini, data tanker menunjukkan dan sumber industri mengatakan, menunjukkan penurunan minat pembeli menjelang tekanan lebih lanjut dari Washington.
"Pembeli menjauh karena ketidakpastian kebijakan AS mengenai pengabaian untuk mengimpor minyak mentah Iran," kata Ahli Strategi BNP Paribas Harry Tchilinguirian kepada Reuters Global Oil Forum.
Pada Juni, OPEC dan mitranya akan memutuskan apakah akan memperpanjang perjanjian mereka, tetapi kesediaan Rusia untuk tetap berpegang pada pemotongan produksi sekarang terlihat kurang jelas.
Gazprom Neft, unit usaha minyak perusahaan gas Rusia Gazprom, mengharapkan kesepakatan minyak global akan berakhir pada paruh pertama tahun ini, kata seorang pejabat perusahaan.
"Petunjuk dari Moskow untuk mengabaikan pembatasan pasokan yang diberlakukan sendiri telah menimbulkan awan ketidakpastian atas strategi produksi OPEC+ pada paruh kedua 2019," kata Broker minyak PVM, Stephen Brennock.
Berita Terkait
Ahlis Djirimu, industri sawit mainkan peran sentral ekonomi daerah
Jumat, 22 Maret 2024 15:52 Wib
Menkop UKM Teten yakin minyak makan merah laku di pasaran
Rabu, 20 Maret 2024 8:21 Wib
Pasar murah sembako di Palu
Selasa, 19 Maret 2024 19:53 Wib
Jokowi kunjungi pabrik percontohan minyak makan merah Sumatera Utara
Kamis, 14 Maret 2024 10:37 Wib
Gerakan pangan murah di Palu
Rabu, 6 Maret 2024 20:35 Wib
Minyak sawit paling memungkinkan diolah jadi energi
Minggu, 3 Maret 2024 5:03 Wib
PHE catat temuan sumber daya migas 1,4 miliar barel setara minyak
Sabtu, 10 Februari 2024 15:04 Wib
Harga CPO pada Februari 2024 naik 4,06 persen
Kamis, 1 Februari 2024 8:19 Wib