RSUD Madani Palu tangani dua anak penderita obesitas akut

id Sigi,Obesitas akut,As Syfa,Windi

RSUD Madani Palu tangani dua anak penderita obesitas akut

Windi (kanan jilbab biru) dan As Syfa (kiri) kakak beradik penderita obesitas akut asal Desa Ramba Kabupaten di sela-sela aktivitas mereka bermain di ruang NAFSA RSUD Madani Palu, Selasa (23/4). (Antaranews Sulteng)

Obesitas apalagi obesitas akut pada anak-anak sangat berbahaya. Mereka dapat mengalami penyakit jantung, tumbuh kembangnya akan terhambat akibat kurang beraktivitas
Palu (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Madani Palu, saat ini tengah menangani dua penderita obesitas akut, Windi dan As Syfa, kakak beradik dari Desa Ramba, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Dalam usianya yang masih belia, keduanya memiliki tubuh jumbo. Sang kakak Windi memiliki bobot 140 kilogram dalam usianya masuk 14 tahun. Sementara adiknya As Syfa yang masih balita sudah berbobot 58 kilogram di usianya empat tahun.

"Waktu melahirkan berat badannya mereka masih normal antara tiga kilogram sampai 3,5 kilogram," kata Erva, ibu dari Windi dan As Syfa saat ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Madani Palu, Selasa (23/4).

Badan kedua anak itu mulai melar, saat memasuki usia dua bulan. Saat itu kata Erva, dirinya dan keluarga tidak dapat membendung nafsu makan Windi dan As Syfa yang begitu liar ditambah porsi makanan yang dikonsumsi jauh dari ukuran normal untuk anak-anak dan balita seusianya.

Tiap kali mereka menangis, Erva dan keluarga selalu memberikan uang jajan untuk membeli makanan ringan atau cemilan dengan harapan ke duanya dapat berhenti menangis. 

Cara itu efektif, namun sayang, cara itulah yang mengakibatkan kakak beradik tersebut mengalami obesitas akut hingga sulit berjalan.

"Dari umur dua bulan sampai sekarang berat badannya naik terus sampai saat ini," katanya.

Akibatnya baik Windi dan As Syfa tidak dapat beraktivitas seperti layaknya anak-anak dan balita seusia mereka. 

Bahkan mereka berdua cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya dengan duduk dan tidur-tiduran.

"Bahkan mereka sekarang setengah mati bernafas," ucapnya.

Sementara itu Dokter Spesialis Anak di RSUD Madani Palu yang menangani keduanya, Stevanny R Wulan mengatakan saat ini langkah antisipatif yang dilakukan untuk menurunkan berat badan ke duanya berupa pengaturan pola makan.

"Kalau dulu mereka makan enam kali sehari, sekarang kita batasi tiga kali sehari dan kita perbanyak buah-buahan. Untuk anak seusia mereka tidak boleh kita terapkan pola diet ketat seperti orang dewasa," ujarnya.

Selain itu memperbanyak aktivitas fisik, juga tengah dilakukan seperti mengajak mereka jalan santai mengitari kompleks RSUD Madani Palu setiap hari.

Dia mengakui hal yang cukup sulit yaitu menghilangkan kebiasaan buruk mereka berdua saat masih berada di rumahnya yakni makan dengan porsi berlebihan enam kali sehari ditambah camilan-camilan yang kurang sehat.

"Obesitas apalagi obesitas akut pada anak-anak sangat berbahaya. Mereka dapat mengalami penyakit jantung, tumbuh kembangnya akan terhambat akibat kurang beraktivitas," jelasnya.

Apalagi sang kakak Windi yang kini tengah menginjak usia remaja. Obesitas yang dia alami dapat membuat kepercayaan dirinya hilang yang dapat berdampak pada hubungan sosialnya kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

Sementara itu Direktur RSUD Madani Palu Nirwansyah Parampasi menyebut mereka berdua baru dirawat selama empat hari sejak Sabtu pekan lalu.

Sejak saat itu pola hidup sehat dan aktivitas fisik mulai diterapkan kepada mereka berdua.

"Saya sempat marah dengan orang tuanya karena saya dapat mereka diam-diam bawah biskuit ke ruangannya dan diberi makan. Jadi saya bilang 'kalau begitu kita tidak usah lanjutkan kalau tidak mau patuh'. Padahal itu demi kebaikan mereka," katanya.

Saat ini lanjutnya, pihak RSUD Madani Palu sangat membutuhkan pelatih fisik atau trainer untuk mereka.

"Kita butuh trainer yang memang ahli di bidang menurunkan berat badan untuk anak-anak seusia mereka. Kalau Arya itu trainer khusunya Ade Rai. Kita butuh trainer seperti itu," katanya.

Selain itu kata Nirwansyah rumah sakit juga butuh ahli bedah plastik sebab sisa kulit di tubuh mereka saat berat badannya turun pasti harus dibuang..
Windi (kanan jilbab biru) dan As Syfa (kiri) kakak beradik penderita obesitas akut asal Desa Ramba Kabupaten di sela-sela aktivitas mereka bermain di ruang NAFSA RSUD Madani Palu, Selasa (23/4). (Antaranews Sulteng)