Karimun, Kepulauan
Riau (antarasulteng.com) - Kurikulum pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia
belum memenuhi standar internasional, kata Wakil Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Musliar Kasim.
"Kurikulum yang selama ini digunakan berbeda dengan yang diujikan
atau distandarkan secara internasional sehingga kalah jauh dibandingkan
kurikulum negara lain, seperti Singapura atau Taiwan," ujarnya dalam
sosialisasi kurikulum 2013 bersama praktisi pendidikan Kabupaten Karimun
di Gedung Nasional Tanjung Balai Karimun, Sabtu.
Menurut Musliar, lebih dari 95 persen siswa Singapura bisa menjawab soal-soal tingkat menengah dan lanjutan (advance) pada setiap mata pelajaran, sedangkan siswa di Indonesia secara umum baru mampu menjawab soal-soal tingkat dasar.
Dia mencontohkan, pengetahuan data pada bidang studi matematika yang
tidak tertuang dalam kurikulum pembelajaran yang selama ini digunakan
sekolah Indonesia.
Hal yang sama, menurut dia, juga terjadi dalam
pelajaran sains, ilmu pengetahuan alam (IPA) dan lainnya. Padahal,
siswa Indonesia berada dalam kondisi demografi dan penguatan sumber daya
manusia cukup melimpah sebagai modal dalam bidang pendidikannya.
Selain itu, ia mengemukakan, rendahnya kemampuan siswa dalam
menguasai mata pelajaran juga diakibatkan banyaknya materi kurikulum
yang mirip antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya.
Kemudian, ia pun menilai, kurikulum yang diajarkan tidak sesuai
dengan kemampuan siswa, contohnya pelajaran menulis yang diterapkan
kepada siswa kelas satu SD.
"Anak yang masuk SD harus sudah lancar menulis sehingga mereka
terpaksa ikut les, sementara pihak sekolah tidak dibenarkan
memberlakukan tes menulis bagi siswa baru," ucapnya.
Contoh lainnya, kata dia, banyak soal yang diujikan kepada siswa
kelas IV SD tidak bermanfaat, seperti soal tentang struktur organisasi
pemerintahan desa atau kelurahan, atau nama-nama lembaga di
pemerintahan.
"Untuk itu, Kementerian Pendidikan sudah menyusun kurikulum 2013
menggantikan kurikulum yang selama ini digunakan sekolah," ucapnya.
Menurut dia, kurikulum 2013 yang disusun berbulan-bulan melakukan
pendekatan kompetensi lulusan yang memenuhi standar internasional.
"Dengan kurikulum 2013, maka kompetensi yang semula diturunkan dari
mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari
kompetensi siswa," jelasnya.
Kompetensi siswa, tutur Wakil Menteri, akan dikembangkan melalui
tematik integratif dalam semua mata pelajaran wajib maupun pilihan.
"Tematik integratif akan mengasah kemampuan siswa memahami ilmu
pengetahuan yang diajarkan. Misalnya, ilmu berhitung yang diintegrasikan
dalam pelajaran IPS sehingga diharapkan mereka mengetahui manfaat
berhitung untuk kehidupan, seperti membelanjakan uang atau lainnya,"
tuturnya.
Dia menjelaskan, kurikulum 2013 yang mulai diterapkan pada tahun
ajaran baru akan dilengkapi dengan silabus sebagai acuan dalam kegiatan
belajar mengajar.
"Nanti, tidak ada lagi lembar kerja siswa (LKS) karena semuanya sudah disiapkan oleh kementerian," ujarnya.
Dikatakannya, setiap sekolah wajib menggunakan kurikulum 2013 sehingga terjadi keseragaman.
"Selama ini kurikulum yang digunakan sekolah berbeda-beda. Ada yang
menggunakan kurikulum karena penerbitnya aktif datang ke sekolah,"
ucapnya.
Dia menyatakan, penerapan kurikulum 2013 diharapkan dapat mengubah
paradigma bahwa siswa merasa terbebani ketika guru memberikan tugas
pekerjaan rumah (PR), sehingga mereka merasa merdeka dengan menghabiskan
waktu libur untuk bermain.
"Ada istilah I hate Monday karena siswa merasa terbebani
dengan PR yang diberikan guru. Kondisi ini berbeda dengan siswa
Singapura yang menginginkan cepat-cepat masuk sekolah setelah libur,"
demikian Musliar Kasim. (skd)
Kurikulum Indonesia Belum Berstandar Internasional
Ada istilah 'I hate Monday' karena siswa merasa terbebani dengan PR...