Upaya Sulteng menekan gejolak harga kebutuhan pokok

id harga kebutuhan pokok,upaya menekan harga,palu sulawesi tengah

Upaya Sulteng menekan gejolak harga kebutuhan pokok

Petugas mengecek harga telur ayam saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) harga kebutuhan pokok pada tempat penjualan bahan pokok di Palu, Sulawesi Tengah (ANTARASulteng/Mohamad Hamzah)

Palu (ANTARA) - Tidak bisa dipungkiri setiap kali menghadapi hari-hari besar keagamaan harga kebutuhan pokok selalu bergerak naik, meski pemerintah pusat dan daerah jauh sebelumnya sudah melakukan berbagai langkah antisipasi dengan melaksanakan rapat koordinasi yang melibatkan semua pihak terkait.

Bukan hanya rapat koordinasi, tetapi juga diikuti dengan turun langsung ke pasar-pasar, baik pasar tradisional maupun modern dan juga sidak ke gudang-gudang distributor maupun gudang Perum Bulog yang ada di daerah.

Seperti yang dilakukan di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) pada beberapa waktu lalu oleh tim dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang melakukan monitoring dan evaluasi (monev) ke sejumlah pasar tradisional dan pasar modern untuk melihat dan mengetahui ketersediaan maupun perkembangan harga kebutuhan pokok di pasar saat menghadapi bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 1440 Hijriah.

Setelah itu, dilanjutkan dengan rapat koordinasi dengan seluruh instansi terkait yang ada di daerah itu. Dalam rapat tersebut diakui ada beberapa harga komoditas pangan yang mulai merangkak naik sehingga perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah, termasuk pusat dan daerah.

Sejumlah komoditi pangan yang bergerak naik antara lain telur ayam, bawang merah, bawang putih dan gula pasir. Khusus bawang merah dan bawang putih, mengalami lonjakan harga yang cukup meresahkan masyarakat.

Harga bawang merah di Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah naik dari normal Rp25.000 per kilogram menjadi Rp50.000 per kilogram. Begitu pula halnya dengan bawang putih.

Bahkan, harga bawang putih di tingkat pengecer terus bergerak naik seiring dengan semakin berkurangnya stok yang ada di tangan distributor maupun pedagang pengecer.

Harga bawang putih yang sebelumnya masih berkisar Rp30.000 naik menjadi di atas Rp50.000 kilogram. Bukan tidak mungkin, harga bawang akan terus bergerak naik, jika stok terus menipis dan tidak segera mendapatkan pasokan.


Seorang pengamat ekonomi di Kota Palu, Achrul Udaya memprediksikan jika persediaan semakin menipis, pedagang akan memanfaatkan kesempatan untuk mencari keuntungan lebih besar dengan menaikan harga penjualan. Itu sudah merupakan hukum ekonomi." Banyak barang, harga murah. Sedikit barang pasti harganya naik," kata dia.

Menurut dia, yang paling penting sekarang ini dilakukan pemerintah adalah bagaimana menjamin agar stok kebutuhan pokok di pasaran tetap tersedia dalam jumlah memadai agar masyarakat tidak sampai kesulitan mendapatkan berbagai kebutuhan strategis selama bulan suci Ramadhan hingga Idul Fitri.

"Pemerintah harus menjaga agar stok kebutuhan pokok tidak sampai langkah di pasaran. Jangan harganya sudah naik, juga stoknya langka," ujarnya.

Dia mengatakan apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam rangka mengamankan stok dan harga kebutuhan pokok di pasaran dengan turun langsung ke pasar serta melakukan koordinasi dengan semua pihak terakit di daerah ini merupakan langkah yang patut diapresiasi oleh masyarakat.

Tentu semuanya itu dilakukan pemerintah agar ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat tetap tersedia dan harganya stabil. Meski dalam kenyataannya ada beberapa komoditas tetap mengalami kenaikan.

Tetapi, kata dia, kenaikannya lebih dikarenakan stok berkurang akibat tidak ada pasokan seperti yang terjadi pada komoditi bawang putih. Bawang putih bukan hanya menjadi masalah daerah, tetapi nasional.

Dimana-mana harga bawang putih naik tajam, karena memang komoditi tersebut selama ini sebagian besar kebutuhan dalam negeri diimpor dari sejumlah negara seperti Thailand dan China.

Jika produksi petani di dua negara tersebut menurun atau gagal panen, maka hal itu akan sangat berdampak besar terhadap perkembangan harga bawang putih di dalam negeri, sebab produksi petani dalam negeri untuk komoditi hortikultura dimaksud masih belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Itu sebabnya kita masih sangat tergantung dari negara-negara produsen yakni China dan Thailand," ujar Acrul yang juga Ketua Bidang Perdagangan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Provinsi Sulteng itu.

operasi pasar

Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Sulteng, Mohammat Hidayat Lamakarate secara terpisah ketika membuka pasar murah Ramadhan yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat mengatakan pemerintah pusat dan daerah memberikan perhatian besar terhadap beberapa komoditas strategis yang dibutuhkan masyarakat.

Selain menurunkan tim khusus ke daerah-daerah untuk memantau langsung ketersediaan dan harga kebutuhan pokok di pasaran, Kemendag juga telah melakukan rakor dengan semua instansi terkait, termasuk di dalamnya tim pengendalian inflansi daerah (TPID) dan satgas pangan yang ada di daerah ini.

Hal itu, kata dia, bukan baru sekarang ini dilakukan, tetapi setiap menjelang hari-hari besar keagamaan pemerintah pusat dan daerah selalu melakukan langkah antisipasi dengan tujuan agar stok kebutuhan pokok dan lainnya di daerah-daerah, termasuk Sulteng yang baru saja ditimpa banyak bencana alam gempa bumi 7,4 SR yang menyebabkan tsunami dan likuifasi serta banjir ini.

Ia juga mengaku ada beberapa komoditas di pasaran yang mengalami kenaikan dan hal itu dipicu karena stok berkurang dan permintaan masyarakat meningkat, seperti telur ayam yang mengalami kenaikan cukup tinggi dan kini telah mencapai Rp56.000 per rak di tingkat pengecer. Begitu pula dengan komoditas bawang merah dan bawang putih. Harganyapun semakin meroket membuat ibu-ibu rumah tangga mulai resah.

Tetapi, kata dia, bukan hanya di Kota Palu saja yang mengalami kenaikan harga bawang dan telur ayam naik, tetapi secara nasional komoditas pangan tersebut terus bergerak sehingga menjadi masalah nasional yang membuat pemerintah pusat dan daerah harus bekerja keras mengatasinya.

"Tapi saya mendapat informasi bahwa ada impor bawang putih. Mudah-mudahan saja bisa masuk ke Sulteng sehingga gejolak harga komoditi bawang putih dapat ditekan," harap Sekdaprov Sulteng itu.

Karena stok dan harga bawang putih di pasaran cukup mahal, Hidayat mengimbau ibu-ibu untuk sementara tidak menggunakan bawang putih ketika memasak. "Toh masakan tanpa menggunakan bumbu bawang putih tetap bisa dikonsumsi.Hanya saja memang pastilah sedikit berbeda rasanya dengan masakan yang menggunakan bumbu bawang putih," kata dia.

Ia mengatakan dalam rangka membantu masyarakat menghadapi puasa Ramadhan dan Lebaran, Pemprov Sulteng melaksanakan pasar murah dan operasi pasar untuk komoditas tertentu.

Operasi pasar dan pasar murah tersebut, kata dia, melibatkan hampir seluruh distributor, pelaku usaha, dan semua dinas dan BUMN terkait. Di pasar murah hampir seluruh kebutuhan masyarakat dijual dengan harga relatif murah.

Harga yang diberlakukan di pasar murah untuk semua jenis komoditas sangat jauh selisih harganya dari harga di pasaran. "Pokoknya standar harga distributor dan dijamin lebih murah," ujarnya.

Tetapi khusus untuk pelaksanaan operasi pasar yang dilakukan PT Pertamina untuk elpiji 3 kg dipatok dengan harga eceran tertinggi (HET). Demikian pula dengan operasi pasar beras yang dilakukan Perum Bulog Sulawesi Tengah. Bulog Sulteng menjual beras Rp8.500 per kilogram.

Dengan kegiatan tersebut, pemerintah sangat berharap selain dapat menekan inflansi, juga bisa menahan gejolak harga.

Sejumlah ibu rumah tangga menyambut positif kegiatan pasar murah dan operasi pasar tersebut. "Kami sangat terbantu dengan adanya kegiatan pasar murah dan operasi pasar itu," ujar Ny Maria Bubun.
Hal senada juga disampaikan Ny Rut. Ibu rumah tangga itu juga mengatakan pasar murah dan operasi pasar yang dilakukan pemerintah benar-benar membantu masyarakat bisa membeli berbagai kebutuhan dengan harga yang terjangkau. "Yang jelas kegiatan ini sudah membantu masyarakat," ujar kedua ibu itu.