AMPL dorong peningkatan kebersihan menstruasi

id hari kebersihan menstruasi sedunia

AMPL dorong peningkatan kebersihan menstruasi

Silvia Devina dari WASH dan Early Childhood Development Advisor, Yayasan Plan International Indonesia​​​​​​​ berbicara kepada wartawan di sela-sela acara Festival Anak Muda: Aksi Remaja Untuk Peduli Menstruasi untuk memperingati Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia, Jakarta, Selasa (28/05/2019). (ANTARA News/Martha Herlinawati Simanjuntak)​​​​​​​

Kami menyarankan intervensi manajemen kebersihan menstruasi difokuskan di SD dan SMP, karena anak-anak perempuan di usia ini kebanyakan mendapat menstruasi
Jakarta (ANTARA) - Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) mendorong pemahaman berbagai pihak termasuk kementerian, masyarakat, dan siswa-siswi, mengenai menstruasi dan manajemen kesehatan menstruasi (MKM).

"Kami menyarankan intervensi manajemen kebersihan menstruasi difokuskan di SD dan SMP, karena anak-anak perempuan di usia ini kebanyakan mendapat menstruasi," kata Silvia Devina dari WASH dan Early Childhood Development Advisor, Yayasan Plan International Indonesia dalam Festival Anak Muda: Aksi Remaja Untuk Peduli Menstruasi untuk memperingati Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia, Jakarta, Selasa.

Silvia Devina mengatakan perlunya memfokuskan intervensi MKM di tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), terutama untuk menyiapkan siswi yang belum menstruasi.

Silvia juga mengatakan perlunya menjadikan menstruasi dan MKM bagian dari kurikulum pelajaran di SD dan SMP.

Silvia menuturkan berdasarkan hasil studi Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) yang dilakukan Yayasan Plan Internasional Indonesia pada 2018 di sembilan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Provinsi DKI Jakarta, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat, penyebab praktik MKM buruk adalah norma budaya tidak mendukung, pengetahuan orang sekitar dan siswa terbatas terkait menstruasi, akses informasi tentang menstruasi terbatas, kebijakan kurang memadai, implementasi kebijakan lemah, sarana sanitasi dan untuk kebersihan menstruasi terbatas.

"Kami harapkan kebersihan menstruasi menjadi pintu masuk untuk kita melakukan pendidikan seks," ujarnya.

Dia mengatakan anak-anak perempuan dan orang-orang sekitar juga harus mendapatkan pendidikan seksual, termasuk manajemen kebersihan menstruasi agar tidak salah mendapat informasi.

Peningkatan pemahaman menstruasi bagi orang-orang di sekitar lingkungan anak-anak perempuan termasuk anak-anak laki-laki di sekolah juga penting agar mereka bisa memahami kondisi itu dan bukan menjadikannya sebagai bahan perundungan.

"Menstruasi adalah proses normal, tidak perlu anak jadi bahan ejekan," ujarnya.

Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) adalah perkumpulan dari beberapa organisasi, kementerian terkait, lembaga donor, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, pihak swasta, jurnalis, dan individu atau pemerhati yang bergerak dan peduli untuk mendorong tercapainya akses universal 100 persen air minum aman, 0 persen kawasan kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak.

Dalam rangka mendukung kampanye Hari Kebersihan Menstruasi Sedunia, ada enam organisasi dalam Jejaring AMPL yang terlibat aktif, yaitu UNICEF, Yayasan Plan International Indonesia, SNV Indonesia, Simavi, Wahana Visi Indonesia, YPCII, dan SPEAK Indonesia.

Kepala Sub Direktorat Jenderal Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja Kementerian Kesehatan Wara Pertiwi Osing mengatakan Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) sudah diperkenalkan sejak di bangku sekolah dasar. Unit Kesehatan Sekolah juga berperan untuk memperkenalkan MKM ke peserta didik.

"MKM merupakan bagian dari pelajaran atau informasi mengenai kesehatan reproduksi," tuturnya.

Dalam MKM, anak-anak perempuan memahami cara antara lain membersihkan diri saat menstruasi, kapan mengganti pembalut, cara mengatasi nyeri dan membuang pembalut yang benar.

Wara menuturkan literasi pengetahuan tentang MKM harus ditingkatkan. Anak-anak pada usia sekolah dasar belum banyak diberikan informasi oleh orang tua mereka tentang datangnya menstruasi dan bagaimana merespon pada kondisi saat pertama kali mendapat menstruasi agar anak siap secara mental dan fisik.

Untuk meningkatkan pemahamam MKM, maka peran atau intervensi sekolah terkait MKM sangat penting karena anak-anak seusia SD dan SMP juga banyak menghabiskan waktu di sekolah.

Menurut Wara, edukasi MKM harus dilakukan melalui kolaborasi lintas kementerian dan lembaga serta melibatkan banyak pihak sehingga informasi bisa tersebar cepat dan meluas.

Dia menuturkan selain minimnya informasi dan terbatasnya akses informasi terhadap pengetahuan tentang mesntruasi, ketersediaan sarana sanitasi yang kurang memadai atau tidak ada sama sekali juga mengganggu manajemen kebersihan menstruasi.

"Sekolah tidak punya sarana sanitasi tentu akan sangat menyulitkan bagi anak perempuan ketika menstruasi karena mereka butuh tempat untuk membersihkan diri dan mengganti pembalut," ujarnya.