Lebaran di tenda pengungsian

id lebaran, pertama kali,pengungsian

Lebaran di tenda pengungsian

Gerobak sapi mengangkut warga di genangan akibat banjir bandang di Dusun 1 Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa (28/5/2019). Banjir bandang yang terjadi pada Minggu (26/5) malam itu adalah yang ketiga kalinya sejak 28 April lalu yang menerjang dusun 2 dan 3. Setelah didera bencana berulang kali, pemerintah setempat menyatakan butuh waktu yang cukup lama agar wilayah itu layak huni kembali. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/pras (ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI)

Sigi (ANTARA) - Beberapa ibu korban bencana alam banjir di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah mengaku "ini kali pertama kami merayakan Lebaran Idul Fitri 1440 Hijriah" di tenda pengungsian karena permukiman mereka yang sudah bertahun-tahun itu telah terkubur lumpur dan diterjang banjir bandang yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Meski dalam kondisi atau suasana yang begini, tetapi tetap semangat merayakan Lebaran bersama keluarga dan sahabat di lokasi pengungsi," kata Ny Mirna, seorang warga Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Sigi, Rabu.

Ibu rumah tangga itu menuturkan rumah yang berada di dekat daerah aliran sungai (das) sudah hanyut diterjang banjir bandang beberapa waktu lalu.

Kini, ia bersama suami dan anak-anak serta cucu terpaksa tinggal sementara di tenda pengungsi yang disediakan oleh pihak-pihak lembaga kemanusiaan yang peduli bencana alam.

Dan ini merupakan hal yang baru pertama kali mereka alami tinggal dan merayakan Idul Fitri di tenda. Apa mau dikata, siapa yang bisa mengetahui datangnya bencana alam seperti yang baru saja ia alami bersama keluarga dan beberapa warga Desa Tuva lainnya.

Sekalipun demikian, namun sama sekali tidak mengurangi makna dari Lebaran itu sendiri. "Yang terpenting baginya adalah tetap tabah menghadapi semua cobaan dari Tuhan," kata dia.

Hal senada juga disampaikan Ny Ririn, salah seorang korban banjir bandang di Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan. Di lokasi penampungan pengungsi yang ada di tempat ketinggian masih dalam wilayah Desa Banggai, ia bersama suami dan anak-anak menjalankan sebagian puasa di tenda pengungsi.

"Kami bersyukur masih bisa merayakan Lebaran, meski di lokasi pengungsian," katanya.

Menurut dia, yang paling disyukuri adalah saat bencana alam banjir bandang mengoyak-ngoyakan permukiman penduduk di Desa Bangga, ia dan suami serta anak-anak selamat dari musibah alam tersebut.
Sekalipun, katanya, rumah dan harta benda dalam rumah, semuanya telah terkubur lumpur.

Entah berapa lama, ia bersama warga lainnya tinggal di lokasi pengungsian dengan hanya berharap mendapat bantuan bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya dari pemerintah dan para relawan peduli bencana alam.

"Terus terang kami sekarang ini hanya bisa hidup bertahan dari bantuan-bantuan yang disalurkan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan swasta serta organisasi masyarakat dan agama," ujarnya.
Dia juga mengatakan tetap semangat merayakan hari raya Idul Fitri 1440 Hijriah.