New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh sekitar empat persen ke posisi terendah dalam hampir lima bulan pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), tertekan oleh kenaikan tak terduga lain dalam persediaan minyak mentah AS dan prospek suram untuk permintaan minyak global.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus turun 2,32 dolar AS atau 3,7 persen menjadi ditutup pada 59,97 dolar AS per barel pada London ICE Futures ExchangeMinyak, penutupan terendah untuk acuan internasional sejak 28 Januari.
Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli turun 2,13 dolar AS atau 4,0 persen menjadi menetap pada 50,72 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, penyelesaian terendah sejak 14 Januari.
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan stok minyak mentah domestik naik secara tak terduga untuk minggu kedua berturut-turut, naik 2,2 juta barel pekan lalu setelah analis memperkirakan penurunan 481.000 barel.
Pada 485,5 juta barel, stok komersial AS berada pada level tertinggi sejak Juli 2017 dan sekitar 8,0 persen di atas rata-rata lima tahun untuk tahun ini, kata EIA.
"Ini benar-benar pasar masih tidak percaya pada persediaan ini, dan mereka tidak akan dapat melihat lebih jauh darinya," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago. "Lebih sulit menebak apa yang akan ditambahkan oleh EIA setiap minggu."
EIA pada Selasa (11/6/2019) memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia 2019, yang juga menekan harga minyak berjangka.
Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, dua konsumen minyak terbesar dunia, juga menekan harga.
Presiden AS Donald Trump pada Rabu (12/6/2019) mengatakan dia merasa bahwa kesepakatan perdagangan dapat dicapai, sementara kembali mengancam akan menaikkan tarif barang-barang China jika mereka tidak membuat kesepakatan.
Manajer hedge fund melikuidasi posisi minyak bullish pada tingkat tercepat sejak kuartal keempat 2018 karena meningkatnya kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi global.
Goldman Sachs mengatakan prospek makroekonomi yang tidak pasti dan produksi minyak yang tidak menentu dari Iran serta lainnya dapat menyebabkan OPEC menghentikan pengurangan pasokan.
Dengan pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) berikutnya yang ditetapkan untuk akhir Juni, pasar mencari apakah produsen minyak utama dunia itu akan memperpanjang pengurangan pasokan mereka.
Negara-negara OPEC dan produsen non-anggota termasuk Rusia, telah membatasi produksi minyak mereka sebesar 1,2 juta barel per hari mulai awal tahun ini untuk menopang harga.
Menteri energi Uni Emirat Arab, Suhail bin Mohammed al-Mazroui, mengatakan pada Selasa (11/6/2019) bahwa anggota OPEC hampir mencapai kesepakatan untuk melanjutkan pengurangan produksi.
Aljazair telah melayangkan gagasan untuk meningkatkan pengurangan pasokan minyak oleh OPEC dan sekutunya pada paruh kedua 2019 karena permintaan menurun, sumber OPEC mengatakan, meskipun perpanjangan pembatasan produksi saat ini masih merupakan skenario yang paling mungkin.
Berita Terkait
Ahlis Djirimu, industri sawit mainkan peran sentral ekonomi daerah
Jumat, 22 Maret 2024 15:52 Wib
Menkop UKM Teten yakin minyak makan merah laku di pasaran
Rabu, 20 Maret 2024 8:21 Wib
Pasar murah sembako di Palu
Selasa, 19 Maret 2024 19:53 Wib
Jokowi kunjungi pabrik percontohan minyak makan merah Sumatera Utara
Kamis, 14 Maret 2024 10:37 Wib
Gerakan pangan murah di Palu
Rabu, 6 Maret 2024 20:35 Wib
Minyak sawit paling memungkinkan diolah jadi energi
Minggu, 3 Maret 2024 5:03 Wib
PHE catat temuan sumber daya migas 1,4 miliar barel setara minyak
Sabtu, 10 Februari 2024 15:04 Wib
Harga CPO pada Februari 2024 naik 4,06 persen
Kamis, 1 Februari 2024 8:19 Wib