Belum ada lahan sekolah bagi korban likuefaksi Palu

id Siswa, sekolah, Petobo, likuefaksi, palu

Belum ada lahan sekolah bagi korban likuefaksi Palu

Dok, Sejumlah anak-anak korban gempa disertai lumpur dari Kelurahan Petobo mengikuti program trauma healing dari Polwan dan Bhayangkari Indonesia di tenda milik Kemendikbud, di Kelurahan Petobo, Jumat. (Antaranews Sulteng/Muhammad Hajiji)

Kami ingin sekali melaksanakan kegiatan belajar mengajar di ruangan layaknya sekolah, tetapi sampai sekarang belum ada lahan yang jelas dimana akan dibangun sarana pendidikan
Palu (ANTARA) - Hampir sembilan bulan pascagempa, tsunami dan likuefaksi yang memorakmorandakan Kota Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah belum ada lahan tetap untuk pembangunan sekolah di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan yang terdampak likuefaksi.

"Saat ini siswa/siswi khususnya sekolah dasar masih belajar di sekolah sementara yang dibangun PT Komatsu di kompleks hunian sementara," ungkap Lurah Petobo Alfin, di Palu, Senin.

Pemerintah Kota Palu melalui Dinas Pendidikan, katanya, mengaku bersedia membangun sarana pendidikan untuk korban bencana di daerah tersebut, asalkan ada lahan yang sudah siap.

Pihaknya saat ini masih mengidentifikasi lahan atau tanah milik negara di wilayah tersebut untuk pembangunan sekolah dasar yang hancur akibat likuefaksi.

"Kami pastikan dulu apakah lahan yang disarankan oleh tokoh masyarakat tidak bermasalah dan sudah memiliki dokumen legalitas," tambahnya. 

Sarana pendidikan dibangun pihak swasta di sekitar hunian sementara tidak seperti sekolah sebelumnya. Di tempat itu harus menampung ratusan siswa dari lima sekolah dasar di Kelurahan Petobo.

Juliansyah, salah seorang guru Sekolah Dasar Negeri 1 Petobo mengaku, tidak ada pilihan lain selain harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar di tengah keterbatasan, salah satunya ruang kelas belajar yang sempit. 

"Siswa/siswi terpaksa melantai saat proses belajar mengajar karena tidak ada bangku, yang ada hanya meja belajar," ungkap Juliansyah. 

Meski begitu, katanya, siswa/siswi tetap diberi motivasi agar mereka tidak jenuh saat mengikuti proses belajar mengajar dengan kondisi.

"Kami ingin sekali melaksanakan kegiatan belajar mengajar di ruangan layaknya sekolah, tetapi sampai sekarang belum ada lahan yang jelas dimana akan dibangun sarana pendidikan," tutur Juliansyah.