Sulteng tandatangani gerakan bersama ekspor pertanian

id Ekspor Pertanian,Pertanian Sulteng,Daun Kelor

Sulteng tandatangani gerakan bersama ekspor pertanian

Sekretaris Daerah Provinsi Hidayat Lamakarate dengan latar spanduk bertuliskan tagar #BeraniEkspor pada diskusi dan penandatanganan gerakan bersama ekspor pertanian oleh Balai Karantina Pertanian di Gedung Pogombo, Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Rabu (3/7). (Foto/HumasProv)

Ini bisa didorong untuk ekspor, tinggal bagaimana cara dan upaya untuk meningkatkan kualitas dan nilai jualnya
Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menandatangani gerakan bersama ekspor pertanian dirangkai dengan diskusi publik oleh Balai Karantina Pertanian di Gedung Pogombo, Kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Rabu.

Penandatangan dilakukan oleh Gubernur Sulawesi Tengah diwakili Sekretaris Daerah Provinsi Hidayat Lamakarate bersama sejumlah stakeholder seperti Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu.

Rangkaian diskusi dan penandatanganan itu dilakukan dalam rangkaian bulan bakti nasional karantina Pertanian ke 142 dengan mengusung tema 'bersama menjaga kedaulatan pertanian dan mendorong ekspor produk pertanian menuju Indonesia lumbung pangan dunia 2045'.

Hidayat Lamakarate mengatakan gerakan ekspor pertanian tersebut dilakukan guna meningkatkan kualitas komoditas pertanian yang ditunjang dengan industrialisasi.

"Tujuannya agar mutu dan kualitas pertanian kita lebih meningkat," katanya.

Baca juga :  Gubernur : Investasi dan ekspor kunci pembangunan ekonomi

Tojo Una-Una ekspor jagung 3.900 ton


Salah satu yang diharapkan bisa menjadi komoditas andalan ekspor adalah daun kelor yang sangat melimpah di daerah ini, khususnya di Kota Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong.

Hidayat mengatakan kelor merupakan komoditas lokal yang patut dibanggakan karena selain permintaan pasar, bahan baku juga tersedia sehingga bisa dilakukan secara kontinyu.

"Tanaman kelor dapat mengobati dan mengurangi resiko penyakit kronis baik langsung dikonsumsi sebagai sayur, jus maupun dalam bentuk ekstrak dapat dijadikan kapsul untuk obat-obatan," katanya.

Hidayat berharap dengan dilakukannya dialog publik terkait karantina pertanian, dapat mendorong pengetahuan stakeholders terkait ekspor pertanian terutama menyangkut komoditas lokal unggul dan prioritas.

Dirinya juga meminta Balai Karantina Palu dapat terus memberi bakti dan pelayanan terbaik kepada bangsa dan negara karena telah mendapat mandat melakukan pelayanan tindakan karantina dan pengawasan guna menekan resiko penyebaran hama dan penyakit hewan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan baik yang masuk atau keluar dari wilayah Sulawesi Tengah.

Untuk menunjang kualitas ekspor pertanian di Sulawesi Tengah Balai Karantina Kelas II Palu telah memiliki enam kantor wilayah kerja di antaranya Bandara Mutiara Palu, Luwuk, Tolitoli, Pagimana, Pantoloan, Donggala, Ampana.

Sementara itu Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu Drh. Ida Bagus Hary Soma mengatakan Sulawesi Tengah memiliki sumber daya pertanian yang tinggi seperti daun kelor, salak, coklat, pisang dan sebagainya.

"Ini bisa didorong untuk ekspor, tinggal bagaimana cara dan upaya untuk meningkatkan kualitas dan nilai jualnya," katanya.