Pemkab Morowali Bangun TPI Bernilai Rp19 Miliar

id TPI Bungku

Pemkab Morowali Bangun TPI Bernilai Rp19 Miliar

Rahman, seorang nelayan yang ditemui di Pelabuhan Bungku usai membongkar ikan, Sabtu (23/2) mengaku sering membuang ikan ke laut karena membusuk akibat tidak ada es batu. (ANTARANews/Rolex Malaha)

nelayan di Morowali saat ini sangat kesulitan es balok untuk mengawetkan hasil tangkapan karena tidak ada pabrik es balok di daerah itu, sehingga harus mendatangkan dari Poso yang berjarak 300 kilometer."
Bungku, Sulteng (antarasulteng.com) - Pemerintah Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, sedang menyelesaikan pembangunan tempat pelelangan ikan (TPI) di Kota Bungku yang dibangun sejak 2012 dengan investasi sekitar Rp19 miliar yang bersumber dari pinjaman Bank Dunia.

"Sesuai skedul proyek, TPI ini akan selesai dan beroperasi pada Juli 2013," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Morowali Emil yang dihubungidi Bungku, Minggu.

Ia menjelaskan, di TPI itu dibangun sebuah dermaga tempat sandar kapal nelayan, sehingga kapal-kapal penangkap ikan tidak lagi membongkar ikan di pelabuhan kapal penumpang seperti yang terjadi selama ini.

TPI itu juga dilengkapi dengan gudang pendingin (cold storage) berkapasitas 20 ton dan "air blast freezer" (ABF) berkapasitas delapan ton.

Sementara itu, dengan menggunakan dana pembantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemkab Morowali juga membangun pabrik es balok berkapasitas delapan ton/hari di TPI Bungku tersebut, dan diharakan beroperasi April 2013.

Sebenarnya, kata Emil, pabrik es balok ini sudah dibangun sejak 2011 namun belum bisa beroperasi karena keterbatasan daya listrik, sebab PLN tidak sanggup memenuhi kebutuhan pabrik.

"Kami akhirnya mengadakan sebuah generator set (genset) berkapasitas 120 KVA agar pabrik es balok ini bisa segera beroperasi," ujarnya.

Menurut Emil, para nelayan di Morowali saat ini sangat kesulitan es balok untuk mengawetkan hasil tangkapan karena tidak ada pabrik es balok di daerah itu, sehingga harus mendatangkan dari Poso yang berjarak 300 kilometer.

"Jarak yang jauh itu membuat penyusutan es balok di jalan sangat besar bisa mencapai 50 persen, padahal harga belinya di Poso juga cukup tinggi mencapai Rp18.000,00 per balok. Itu pun harus pesan dua hari sebelumnya, kalau tidak, kami tidak akan dapatkan," kata Rahman, seorang nelayan anggota kelompok usaha bersama (KUB) Tepeasa saat ditemui di pelabuhan Bungku, pekan lalu.

Ia mengatakan bahwa mereka sudah beberapa kali terpaksa membuang ikan bahkan pernah sampai 30 kotak gabus (30 kg/gabus) sekali curah ke laut karena membusuk akibat es balok tidak cukup.

KUB penerima kapal penangkap ikan bertonase 30 GT bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Desember 2012 itu membutuhkan 30 sampai 40 balok es sekali turun melaut, namun yang tersedia paling tinggi banyak 25 balok.

KUB beranggotakan 30 orang tersebut dalam sebulan operasi sejak kapal diterima sudah menghasilkan omzet penjualan ikan sekitar Rp110 juta.

"Kalau es balok cukup, omzet itu bisa dinaikkan sampai dua kali lipat, apalagi kalau TPI Bungku sudah bisa dimanfaatkan," ujarnya. (R007)