Penyerapan beras di Sulteng capai 43 persen

id bulog, beras

Penyerapan beras di Sulteng capai 43 persen

Kepala Bulog Sulteng, Mifahul Ulum (Antara/Anas Masa)

Palu (ANTARA) - Bulog Sulawesi Tengah mencatat realisasi penyerapan beras petani di daerah itu hingga akhir Juli 2019 mencapai 43 persen dari pronogsa atau target yang ditetapkan kantor pusat.

"Kami sudah serap beras petani sebanyak 13.000 ton dari target ditetapkan sekitar 30.000 ton selama musim panen (MP) 2019 ini," kata Kepala Perum Bulog Provinsi ,Mifahul Ulum di Palu, Rabu.

Dia mengaku kendala utama pengadaan beras di Sulteng dalam beberapa bulan terakhir ini adalah curah hujan di sentra-sentra produksi padi, cukup tinggi.

Memang di beberapa daerah di luar Sulteng saat ini masuk dalam musim kemarau, terutama di Pulau Jawa. Tapi di Sulteng justru beberapa wilayah diguyur hujan, bahkan seperti di Kabupaten Parigi Moutong yang merupakan salah satu daerah penghasil beras dan cukup menompang kegiatan pengadaan beras stok nasional, justru dilanda banjir.

Begitu pula halnya daerah lain di Sulteng, termasuk Kabupaten Poso yang juga merupakan daerah lumbung beras di daerah ini. Di daerah itu setiap hari hujan. Padahal di Kota Palu sebaliknya, panas.

Dampak dari curah hujan yang cukup tinggi tersebut, petani sulit mengeringkan gabah yang baru saja selesai panen karena rata-rata tidak punya alat pengering.

Kebanyakan petani selama ini hanya mengandalkan matahari untuk mengeringkan gabah. "Sementara gabah yang tidak cepat dikeringkan bisa mempengaruhi kualitas beras menjadi turun," kata dia.

Mifahul mengaku tingkat penyerapan beras petani yang dilakukan Perum Bulog Sulteng berkurang karena banyak gabah petani yang belum bisa digiling menjadi beras.

Selain itu, katanya, ada satu daerah sentra produksi beras di Sulteng yang selama ini cukup tinggi memberikan konstribusi dalam pengadaan beras stok nasional di Sulteng selama kurun Januari sampai Juli 2019 ini sama sekali tidak ada penyerapan.

Daerah itu adalah Kabupaten Sigi yang pada 28 September 2018 diguncang gempabumi yang dasyat berkekuatan 7,4 SR menyebabkan jaringan irigasi di daerah itu rusak total dan hingga kini belum berfungsi.

Dampak dari bencana tersebut mengakibatkan petani padi kehilangan sumber matapencaharian karena tidak bisa lagi menanam padi, sebab sawah-sawah mereka selain rusak juga kering kerontang.

Pengadaan beras di Kabupaten Sigi sampai sekarang ini nihil, sebab produksi petani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah terdampak gempa bumi terbesar di Provinsi Sulteng itu.

Karena tidak bisa menanam padi, Pemkab Sigi mendorong petani untuk menanam komoditas jangka pendek yang tidak membutuhkan air agar petani masih bisa mendapatkan sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Padahal, selama ini Kabupaten Sigi memberikan kontribusi sekitar 30 persen dari total penyerapan beras petani di Provinsi Sulteng.