BI: Efek bencana, pertumbuhan ekonomi Sulteng cenderung melambat

id Palu,Sigi,Donggala,Pasigala,Sulteng,BI,BI Sulteng,Bank Indonesia

BI: Efek bencana, pertumbuhan ekonomi Sulteng cenderung melambat

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah M. Abdul Madjid Ikram memaparkan perekmbangan ekonomi Sulteng di triwulan II 2019 di salah satu restiran di Kota Palu, Rabu (14/8). (Antaranews/Muh. Arsyandi)

Ekonomi Sulteng tumbuh 6, 62 persen yoy (year on year), melambat dibanding triwulan sebelumnya 6,98% (yoy). Realisasi ini berbeda dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya yang mengalami akselerasi pada triwulan II
Palu (ANTARA) - Bank Indoneisa (BI) mencatat selama triwulan II 2019 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah cenderung melambat jika dibanding triwulan yang sama tahun 2018 maupun triwulan sebelumnya tahun 2019.

"Ekonomi Sulteng tumbuh 6, 62 persen yoy (year on year), melambat dibanding triwulan sebelumnya 6,98% (yoy). Realisasi ini berbeda dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya yang mengalami akselerasi pada triwulan II," kata Kepala Kantor BI perwakilan Sulteng M. Abdul Majid Ikram saat memaparkan perkembangan terkini perekonomian Sulteng triwulan II di Palu, Rabu.

Menurut dia, perlambatan tersebut tidak lepas dari efek bencana gempa, tsunami dan likuefaksi 28 September 2018 silam di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala yang membuat sejumlah sektor pendongkrak perekonomian Sulteng dari tiga daerah itu rusak.

Bahkan ia menyatakan pertumbuhan ekonomi Sulteng pascabencana di angka tersebut sudah baik sebab pemerintah daerah mampu membangkitkan perekonomian di Sulteng bahkan di tiga daerah terdampak bencana meski sempat terseok-seok.

"Secara LU (Lapangan Usaha), perlambatannya disebabkan oleh kinerja pertanian, industri pengolahan dan perdagangan yang tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya. LU pertanian hanya tumbuh 3, 23 persen (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yaitu 5,07 persen (yoy)," ujarnya.

Perlambatan ini, lanjutnya, disebabkan oleh pertumbuhan tanaman pangan terutama padi yang mengalami kontraksi pada triwulan laporan.

Kerusakan irigasi akibat bencana di Kabupaten Sigi nampaknya cukup mempengaruhi penurunan kinerja di sektor tersebut.

"LU industri pengolahan juga mengalami perlambatan dari 12,64 persen (yoy) ke 6,86% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan oleh kinerja ekspor hilirisasi nikel yakni HRC (Hot-Rolled-Coiled) dsn CRC (Cold-Rolled-Coiled) yang tidak sebesar triwulan sebelumnya," jelasnya.

Selain itu, Majid mengatakan kinerja LU perdagangan juga masih tumbuh relatif rendah yakni hanya 0,68 persen (yoy).

Hal itu terutama disebabkan oleh kinerja penjualan barang tahan lama dan penjualan kendaraan bermotor yang belum maksimal seiring dengan tertahannya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan.

"Kita tahu sendiri pasca bencana tidak banyak warga yang membeli kendaraan bermotor, baik motor atau mobil," ucapnya.