Kantongan kresek dominasi sampah plastik di Kota Palu

id sampah plastik, palu

Kantongan kresek dominasi sampah plastik di Kota Palu

Nelayan tradisional melaut di sekitar pantai yang dipenuhi sampah plastik di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (2/9/2019). Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, mengakibatkan sampah terutama plastik menumpuk dan mencemari pantai. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/aww.

produksi sampah di Ibu Kota Sulawesi Tengah yang diangkut dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir mencapai 117 ton per hari.
Palu (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, Sulawesi Tengah, menyebutkan kantongan kresek paling mendominasi sampah berbahan pastik di kota itu yang kini persentasenya sebanyak 30 persen dari sampah organik.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu Firman, di Palu, Jumat, mengatakan produksi sampah di Ibu Kota Sulawesi Tengah yang diangkut dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir mencapai 117 ton per hari.

"Kalau rata-rata per ritasi satu armada mengangkut sampah satu ton, maka dalam sehari empat ritasi per satu armada mampu mengangkut sedikitnya tiga hingga empat ton sampah," ungkap Firman.

Dia menjelaskan, sampah plastik terbagi dua jenis yakni keras dan lunak. Khusus sampah plastik keras baik bentuk botol maupun gelas minuman air mineral dan sebagainnya diolah melalui rumah pengelolaan sampah anorganik di Kelurahan Tondo dan tempat pengelolaan sampah dengan sistem mengurai menggunakan daur ulang atau TPS3R memakai mesin pencacah lalu di jual ke Pulau Jawa.

Baca juga: Otoritas pelabuhan Palu ajak masyarakat sadar kebersihan laut
Baca juga: Gas metan di pembuangan akhir berpotensi untuk energi listrik Palu


Menurut dia, pascagempa, tsunami dan likuefaksi menghantam daerah itu membuat produksi sampah meningkat, olehnya pemerintah kota melalui instansi terkait menggenjot penanganan kebersihan kota. Meski upaya itu sudah dilakukan, namum limbah plastik masih ditemukan betebaran di tempat-tempat umum, termasuk pantai Teluk Palu seolah mejadi tempat pembuangan sampah. 

"Sampah-sampah diangkut ke TPA dipilah kembali yang bernilai ekonomis oleh pemulung yang setiap hari melakukan aktivitas di lokasi tersebut untuk kemudian dijual kepada pengepul," ujarnya.

Agar limbah plastik kantongan kresek di kawasan TPA tidak beterbangan ke pemukiman warga serta mencemari lingkungan, maka solusinya dilakukan pengerukan dan penataan.

"Buangan pagi hingga siang hari kesempatan bagi pemulung melakukan proses pemilahan. Setelah sore baru kami lakukan pengerukan," katanya menambahkan.

Saat ini pemerintah sudah menyediakan sekitar 245 tempat pembungan sementara tersebar di 46 kelurahan serta 10 tong sampah ukuran 660 liter ditempatkan di ruas-ruas jalan utama.

Baca juga: Pemkot pastikan sumur gas metan aman dari kebakaran sampah di Palu
Baca juga: Pemkot: produksi sampah di Palu sebanyak 117 ton per hari