Cara klarifikasi hoaks kepada orang tua

id hoaks,influencer,Martin Anugrah

Cara klarifikasi hoaks kepada orang tua

Youtuber Martin Anugrah di Jakarta, Kamis. (ANTARA News/Agita Tarigan)

Masyarakat kita itu suka malu-malu. Bahkan, berbuat benar saja itu juga suka tidak enakan
Jakarta (ANTARA) - Pengguna layanan berbagai video Youtube Martin Anugrah memberikan tips bagi generasi muda yang ingin memberikan penjelasan serta meluruskan kabar bohong atau hoaks kepada orang tua di aplikasi pesan instan ataupun media sosial.

"Masyarakat kita itu suka malu-malu. Bahkan, berbuat benar saja itu juga suka tidak enakan," kata Martin saat ditemui ANTARA di Jakarta, Kamis.

Martin yang juga dikenal sebagai influencer karena memiliki 33,9 ribu pengikut dalam akun Instagramnya menjelaskan masih banyak anak muda di Indonesia yang cenderung memilih diam terhadap keberadaan hoaks yang disebarkan orang tua ataupun senior mereka.

Selain masalah budaya, generasi muda lebih memilih bergeming untuk menghindari konflik.

Martin menuturkan klarifikasi soal hoaks yang disampaikan anak muda juga terkadang dibantah oleh orang tua mereka.

Walaupun menghadapi kesulitan, Martin tidak membenarkan sikap seseorang yang hanya diam ketika mengetahui hoaks.

Pengguna Youtube yang juga dikenal sebagai pembuat konten Cameo Project itu menjelaskan sopan santun adalah nilai yang tetap harus dijunjung ketika berkomunikasi dengan orang tua.

"Kalau dengan yang senior, lebih baik klarifikasi dilakukan secara langsung dan kulo nuwun. Karena kalau enggak, kita tidak akan didengar," katanya.

Langkah khusus untuk mengklarifikasi berita bohong kepada orang yang lebih tua, lanjut Martin, dengan berdasarkan logika.

"Hoaks itu masuknya ke belief system ya. Jadi yang sulit bukan menyampaikan informasi, tapi membuat mengerti," katanya.

"Kita bisa tantang pola berfikir mereka dengan cara yang lebih halus. Misalnya, bertanya soal sumber informasinya, apakah informasinya sudah terverifikasi kebenarannya?" ujar Martin.

Ketika lawan bicara dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik pikiran, diskusi kemudian akan muncul.

"Diskusi itu akan membuat mereka tertantang untuk berfikir ulang, berfikir secara logis," katanya.

Namun, kunci keberhasilan klarifikasi tersebut juga sangat bergantung pada tingkat pemahaman orang yang memberikan penjelasan.

"Jadi, anak muda harus sudah mengerti hoaks itu seperti apa. Kenapa dia bisa disebarkan. Kenapa bisa kena hoaks. Ketika ketemu orang tuanya, dia akan mengerti kenapa ortu-nya bisa kena dan menyebarkan hoaks," kata Martin.

"Kalau tidak paham, mereka (anak muda) yang akan terpapar hoaks bersama orangtuanya," ujarnya.