Malang (antarasulteng.com) - Peneliti dari kalangan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang mengungkapkan kulit salak yang sudah diolah menjadi
serbuk teh mampu menjadi obat penurun panas dan diabetes.
"Ide dasar pembuatan teh dari kulit salak ini bermula dari
keinginan kami untuk memanfaatkan limbah kulit salak karena mengandung
unsur aktif `Cinamic acid derivative`," kata salah seorang mahasiswa
yang tergabung dalam penelitian teh kulit salak tersebut Mhas Agoes
Triambada di Malang, Rabu.
Selain Mhas Agoes Triambada, ada empat mahasiswa lain yang
mendukung penelitian tersebut, yakni Audisty Oktavian, Saraswati, Wildan
Noor, dan Rahayu.
Lebih lanjut Mhas Agoes mengatakan bahwa Cinamic acid derivative
merupakan senyawa yang mampu mendorong regenerasi sel epitel. Zat
tersebut juga berperan penting dalam proses perbaikan pankreas pada
penderita diabetes tipe I.
Unsur aktif lain yang terkandung dalam kulit salak yang sudah
diolah menjadi teh itu, kata Mhas Agoes, adalah Pterostilbene, yakni
zat anti diabetes yang berperan langsung dalam menurunkan kadar gula
darah.
Teh berbahan baku limbah kulit salak karya lima mahasiswa
Universitas Brawijaya (UB) Malang yang diberi nama "Litlak Tea" itu
dijual seharga Rp3.000. Teh kulit salak tersebut diolah menjadi sejumlah
varian rasa, yakni original, cokelat, dan vanila dengan ukuran gelas
sedang.
Rasa original dikhususkan untuk penderita diabetes, sedangkan rasa
cokelat dan vanila untuk kalangan non-diabetes. "Kami berharap teh hasil
penelitian kami ini bisa diterima oleh semua kalangan sebagai minuman
sehat dan nikmat, terutama bagi penderita diabetes," ujarnya.
Kelima mahasiswa tersebut juga berharap ada investor yang mau
bergabung untuk memajukan dan mengembangkan peluang usaha tersebut dan
akhirnya bisa diterima pasar secara luas.
Teh Kulit Salak Bisa Turunkan Diabetes
Ide dasar pembuatan teh dari kulit salak ini bermula dari keinginan kami untuk memanfaatkan limbah kulit salak.