Kementan bantu petani terdampak bencana gempa Sigi

id kementerian pertanian,gempa sulteng,sigi

Kementan bantu petani terdampak bencana gempa  Sigi

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi menyampaikan sosialisasi program Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) di Palu, Sulawesi Tengah Jumat (22/11/2019) (Antara/Anas Masa)

Palu (ANTARA) - Kementerian Pertanian telah membantu para petani yang mengalami dampak langsung bencana alam gempa bumi 7,4 SR yang juga menimbulkan likuifaksi di sejumlah wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya di Kabupaten Sigi.

"Dari beberapa wilayah yang mengalami dampak bencana alam itu, Kabupaten Sigi tergolong parah, sebab banyak lahan pertanian yang hancur dan telah mengakibatkan petani kehilangan sumber penghasilan," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (PPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi di sela-sela sosialisasi Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) di Palu, Jumat.

Di hadapan ratusan peserta sosialisasi Kostratani, Dedi mengatakan pemerintah pusat telah menyalurkan bantuan benih dan pupuk untuk memulihkan kembali sektor pertanian di daerah tertimpa bencana alam, terutama di Kabupaten Sigi yang lahan pertanian sesuai dilaporkan Pemkab Sigi kepada Kementerian Pertanian banyak rusak diterjang gempa dan likuifaksi.

Di Sigi, kata dia, ada sekitar 7.000an hektar  lahan pertanian yang mengalami dampak bencana alam gempa bumi dan likuifaksi. Bahkan lebih parah lagi,irigasi Gumbasa yang selama ini mengairi lahan persawahan dan hortikultura di beberapa kecamatan di Sigi rusak total sehingga perlu waktu untuk perbaikan kembali.

Ia mengatakan selain membantu benih dan juga sarana produksi pertanian (saprodi), Kementerian Pertanian juga telah berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk perbaikan irigasi Gumbasa.
Dan Kementerian PUPR sedang melakukan pekerjaan pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang rusak akibat bencana alam agar petani bisa kembali lagi menggarap lahan mereka untuk ditanami komoditi-komoditi pertanian pangan dan hortikultura.

Apalagi,Sigi merupakan salah satu sentra produksi komoditi tanaman pangan dan hortikultura di Provinsi Sulteng yang selama ini telah banyak memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan di daerah itu dan juga tentu pusat.

Karena itu, pascabencana, pemerintah pusat sudah menyalurkan bantuan bibit sejumlah komoditi pangan, namun kendalanya Sigi juga mengaalami dampak kekeringan.

Musim kemarau panjang yang juga melanda Sigi mengakibatkan petani masih sulit untuk mengembangkan komoditi-komoditi, termasuk benih bantuan pemerintah pusat, sebab terhambat kemarau.

"Kita berharap perbaikan irigasi Gumbasa di Sigi yang dilakukan Kementerian PUPR bisa selesai sesuai tenggat waktu yang telah ditetapkan," katanya.

Dia juga mengatakan dalam rangka mengantisipasi belum berfungsinya irigasi Gumbasa Sigi, pemerintah telah mendorong petani memanfaatkan bantuan sumur dangkal dan pompa air.

Sementara Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng, Trie Lamakampali membenarkan dampak dari bencana alam gempa bumi dan juga diikuti dengan musim kemarau panjang sangat berpengaruh besar terhadap produksi tanaman pangan dan hortikultura di provinsi ini.

"Terus terang saja produksi tanaman pangan yakni beras,jagung dan kedelai pada musim panen pada 2018 dan 2019 ini mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya," kata Trie.

Dia tidak merinci, kecuali mengatakan target produksi yang ditetapkan pemerintah daerah tidak bisa terpenuhi, karena selain dampak bencana alam gempa bumi dan juga diperparah datangnya musim kemarau panjang sehingga banyak petani mengalami gagal panen.

Pemprov Sulteng, kata dia, mendukung penuh program baru dari Kementerian Pertanian yang diberi nama "Kostratani" dengan menyediakan tenaga-tenaga penyuluh lapangan yang handal dan tangguh guna meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman sesuai yang diharapkan pemerintah pusat.

Sulteng termasuk provinsi yang selama beberapa tahun terakhir ini mendapat perhatian dari pemerintah pusat, terutama dari Kementerian Pertanian sebagai salah satu daerah di kawasan Timur Indonesia yang diharapkan menjadi sentra produksi pangan dan hortikultura.