Pembangunan SPAM Pasigala tidak kurangi jatah air petani Sigi

id SPAM ,AIR PASIGALA,PASCEBNCANA,BENCANA SULTENG,GEMPA PALU,PETANI SIGI,SIGI,PEMKAB SIGI,PERTANIAN SIGI

Pembangunan SPAM Pasigala tidak kurangi jatah air petani Sigi

Kepala BWSS III Feriyanto Pawenrusi bersama Asisten Bidang Pembangunan dan Keuangan Kabupaten Sigi, Iskandar Nongtji, di Sigi, Senin. (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Ini semua langkah untuk mengefisiensi air, sehingga kekhawatiran petani bisa diminimalisir. Kami pahami kekhawatiran itu, olehnya kami lakukan kajian sebelum membangun
Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) III menyatakan pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) yang mengambil air baku dari Sungai Wuno di Desa Oloboju, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, tidak mengurangi jatah petani di enam desa terhadap air.

"Memang ada kekhawatiran masyarakat, khususnya petani bahwa ada kekurangan air pertanian, seiring pembangunan SPAM," ucap Kepala BWSS III Feriyanto Pawenrusi di Sigi, Selasa.

Pembangunan SPAM di Sungai Wuno akan memproduksi air sebanyak 300 liter/detik untuk menunjang kebutuhan masyarakat di Sigi dan Palu terhadap air bersih pascabencana gempa, tsunami dan likuefaksi.

BWSS bersama Pemprov Sulteng dan Pemkab Sigi, kata dia, sebelum melangsungkan pembangunan SPAM di Sungai Wuno, terlebih dahulu telah melakukan kajian.

"Kita sudah melakukan banyak kajian terkait dengan itu, kajian itu 10 - 15 tahun ke depan. Kita urutkan hidrologinya, hujannya, dan segala macamnya. Dari situ kita menilai bahwa sangat dimungkinkan untuk dilakukan pengambilan tambahan sumber air baku dari Sungai Wuno," ujar Feriyanto.

Baca juga: Sungai Wuno Oloboju dijadikan sumber air baku masyarakat Sigi-Palu

Ia menegaskan berdasarkan kajian itu, maka pengambilan air tidak akan mengurangi kepentingan air oleh petani lewat irigasi.

Feriyanto menguraikan, berdasarkan data yang ada di BWSS terdapat 800 hektare lahan pertanian bergantung pada air dari Sungai Wuno.

"800 hektare lahan, maka satu kubik air untuk mengairi serentak lahan," ujarnya.

BWSS, sebut dia, masih punya sistem lain jika air berkurang untuk kebutuhan petani. Yaitu dengan metode penggolongan, tidak sekaligus.

Penggolongan itu akan bertahap dua sampai tiga kali, diikutkan dengan pembangunan dan perbaikan infastruktur. Hal itu untuk mengurangi rembesan pada saluran air.

"Ini semua langkah untuk mengefisiensi air, sehingga kekhawatiran petani bisa diminimalisir. Kami pahami kekhawatiran itu, olehnya kami lakukan kajian sebelum membangun," sebutnya.

Pemerintah Kabupaten Sigi, menyarankan kepada BWSS III untuk membangun embung untuk pemerataan air ke lahan-lahan pertanian di wilayah tersebut.

"Kami menyarankan kepada BWSS III, untuk mendukung ketersediaan air di sektor pertanian maka perlu dibangun embung," ucap Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Sigi, Mulyadi, di Sigi.

Kata Mulyadi, pembangunan embung penting untuk dilakukan agar kebutuhan terhadap air oleh petani tetap tersedia, meski tidak di musim hujan.

Sebab, sebut dia, keterbatasan air menjadi problem utama yang dihadapi oleh petani sebelum dan pascabencana gempa dan likuefaksi menghantam Kabupaten Sigi.