Ekonomi Sulteng hingga akhir 2019 diprediksi tetap tumbuh

id BI,BI Sulteng,Sandi,Sulteng

Ekonomi Sulteng hingga akhir 2019 diprediksi tetap tumbuh

Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng, Abdul Majid Ikram (kiri) menyerahkan penghargaan kepada perwakilan IAIN Palu dalam acara pertemuan tahunan Bank Indonesia di salah satu hotel di Kota Palu, Kamis (5/12). (ANTARA/HO-Humas Kantor Perwakilan BI Sulteng)

Namun demikian, terdapat beberapa sektor yang menahan laju pertumbuhan Sulteng. Penurunan di sektor pertanian terutama di tanaman pangan akibat beberapa infrastruktur pendukung seperti irigasi yang belum optimal pasca bencana

Palu (ANTARA) - Di tengah situasi perekonomi global yang diliputi ketidakpastian akibat perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok, Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Sulawesi Tengah hingga akhir tahun 2019 tetap sanggup tumbuh

Buktinya, selama tiga triwulan berjalan mulai Januari sampai September, pertumbuhan ekonomi Sulteng 2019 tercatat 6,79 persen pada triwulan satu, 6,48 persen triwulan dua, dan 6,07 persen di triwulan tiga secara tahunan atau year on year (yoy). 

"Dari sisi penawaran, kenaikan pertumbuhan ditopang oleh sektor konstruksi sejalan dengan progres rekonstruksi pasca bencana. Selain itu, sektor pertambangan juga tumbuh tinggi didorong oleh tingginya harga nikel dan permintaan,"kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng, Abdul Majid Ikram saat memaparkan kondisi perekomian Sulteng dalam acara pertemuan tahunan Bank Indonesia di salah satu hotel di Kota Palu, Kamis.

Sektor industri, lanjutnya, juga diperkirakan masih tetap tumbuh dan kuat terutama di sub sektor industri pengolahan logam di Kabupaten Morowali. 

"Dari sisi pengeluaran, ekspor yang masih tetap tinggi disertai dan menurunnya impor, menjadikan net ekspor Sulteng tetap baik. Konsumsi Pemerintah juga meningkat seiring keseriusan pemerintah dalam mempercepat proses rekonstruksi," terangnya.

Baca juga: BI: Neraca perdagangan luar negeri Sulteng surplus USD 2,3 miliar

Ia menjelaskan, di sisi investasi, meski sempat tertahan sebelum Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif dan Presiden dan Wakil Presiden, investasi di daerah itu kembali meningkat. 

Itu artinya Sulteng masih menjadi primadona bagi investor baik asing maupun domestik. 

"Namun demikian, terdapat beberapa sektor yang menahan laju pertumbuhan Sulteng. Penurunan di sektor pertanian terutama di tanaman pangan akibat beberapa infrastruktur pendukung seperti irigasi yang belum optimal pasca bencana," jelasnya.

Dari sisi perdagangan, sambungnya, akomodasi, makanan dan minuman, meski mulai berangsur pulih pascabencana 2018, namun bila dibandingkan tahun lalu mengalami penurunan.

"Selain itu, konsumsi RT (rumah tangga) hanya tumbuh 0,57 perssn (yoy), rata-rata selama 2019. Artinya masih belum mencapai level pertumbuhan sebelum bencana yang mencapai rata rata 4,97 perssn (yoy),"ujarnya.

Oleh karena itu, ia menekankan pemerintah daerah, mulai dari kabupaten hingga provinsi perlu segera mempercepat realisasi berbagai bantuan dan insentif untuk masyarakat.***