Ketum PB PGRI: Teknologi tidak bisa gantikan guru

id PGRI, PGRI Sulsel,peran guru

Ketum PB PGRI: Teknologi tidak bisa gantikan guru

Ilustrasi - Seorang prajurit TNI yang bertugas sebagai Babinsa Serda Abdul Zaid menjadi guru sebentar mengajar siswa/siswi SD Inpres 3 Desa Ogoalas, Kecamatan Tinombo tentang wawasan kebangsaan, Kamis (10/10/2019). (ANTARA/HO- Satgas TMMD)

Guru harus beradaptasi dengan era saat ini. Guru harus menguasai teknologi sehingga proses pembelajaran berjalan lebih efektif
Makassar (ANTARA) - Ketua Umum PGRI Prof Dr Unifah Rosyidi, M.Pd mengemukakan bahwa guru tidak perlu risau dengan kemajuan teknologi karena kecanggihan teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan guru.

"Teknologi hanya alat, sehingga tidak akan pernah bisa menggatikan peran guru" ucapnya saat membawakan kuliah umum dengan tema Literasi Digital bagi Guru di Balai Sidang Universitas Muhammadiyah Makassar, Senin.

Meski demikian, Dosen Universitas Negeri Jakarta ini meminta agar guru bisa lebih beradaptasi dengan era digital masa kini. Oleh karena itu ia mengimbau agar guru lebih memperkaya literasi digital.

"Guru harus beradaptasi dengan era saat ini. Guru harus menguasai teknologi sehingga proses pembelajaran berjalan lebih efektif," katanya.

Kuliah umum yang terlaksana atas kerja sama pihak Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unismuh, Wikimedia dan PGRI Sulsel itu menghadirkan berbagai guru dari berbagai jenjang pendidikan.

Menurut guru besar di bidang manajemen pendidikan guru ini, untuk menciptakan SDM unggul sesuai visi pemerintah, diperlukan pula kolaborasi antara kampus dan organisasi profesi, seperti PGRI, yang harus senantiasa bersinergi. Hal tersebut didasari karena PGRI ingin menjadikan kampus sebagai pusat pembelajaran bagi para guru.

Pada kesempatan yang sama, Dekan FKIP Unismuh Erwin Akib mengemukakan bahwa selain kuliah umum, juga digelar pelatihan literasi bagi guru agar tidak tertinggal dalam hal pengembangan SDM pada pemanfaatan digital di eranya.

"Kegiatannya ini agar tidak ada lagi yang gaptek, apalagi bagi tenaga pengajar kita meskipun pada pelaksanaannya memang masih terbatas hanya 30 guru. 10 dari Gowa, 15 dari Kota Makassar dan lima lainnya dari Kementerian Agama Sulsel," ucapnya.

Erwin mengemukakan kegiatan yang dilaksanakan bersama wikimedia dengan jargon "Bebaskan Pengetahuan" merupakan langkah tepat agar guru semakin meningkatkan kualitasnya dalam menulis dan berliterasi di era digital.

Baca juga: Ikatan Guru Indonesia minta pemerintah fokus atasi masalah kekurangan guru
Baca juga: Legislator: Guru adalah pewaris Nabi karena jadi guru bagi umat manusia
Baca juga: Mendikbud Nadiem Makarim akan pangkas macam-macam regulasi