Rumah Sehat Baznas dapat bantu atasi "stunting" di Parigi Moutong

id Stunting,Stunting Parigi Moutong,Pemkab Parimo,Kekerdilan

Rumah Sehat Baznas dapat bantu atasi "stunting" di Parigi Moutong

Tim Rumah Sehat Baznas Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng melakukan survey kesehatan masyarakat untuk membantu Pemkabn Parigi Moutong menurunkan kasus kekerdilan anak (stunting). (FOTO ANTARA/HO-PPID Pemkab Parigi Moutong)

Hadirnya regulasi daerah sangat membatu menurunkan angka kasus tersebut, di sisi lain menjadi patokan pemerintah memenuhi aspek-aspek teknis agar program tersebut konsisten berjalan
Palu (ANTARA) - Rumah Sehat Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) turut serta membantu Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah mengatasi kasus kekerdilan pada anak (stunting) dalam rangka pemenuhan tumbuh kembang anak.

Upaya yang dilakukan Rumah Sehat Baznas Parigi Moutong itu diawali dengan melakukan identifikasi lapangan atau survey, diikuti dengan pengisian kuesioner oleh masyarakat mengenai kesehatan keluarga dan kesehatan lingkungan di Desa Tandaigi Kecamatan Siniu, dan berlangsung di empat dusun yang ada di Desa Tandaigi.

Kepala Desa Tandaigi, Rahman Masur menyampaikan bahwa desa yang dipimpinnya itu menjadi lokus stunting, karena tingginya angka bayi dan balita yang mengalami kekerdilan.

Ia menguraikan berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Bapelitbangda Kabupaten Parigi Moutong, jumlah bayi dan balita yang mengalami stunting di Desa Tandaigi tahun 2019, berjumlah 53 anak.

Data Pemerintah Provinsi Sulteng menyebutkan prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang di Sulteng tahun 2018 tercatat sebesar 19,7 persen, angka itu menurun dari hasil Riskesdas 2013 sebesar 24 persen.

Prevalensi balita pendek dan sangat pendek pun juga ikut menurun dari 41 persen menjadi 32,3 persen, tetapi prevalensi balita kurus dan sangat kurus justru yang mengalami peningkatan dari 9,4 persen menjadi 12,8 persen.

Sementara itu, Wakil Bupati Parigi Moutong Badrun Nggai mengemukakan, terjadinya kasus kekerdilan terhadap bayi yang berakibat pada kekurangan gizi berlebihan dipicu beberapa faktor, salah satunya asupan nutrisi bayi yang tidak memadai khusunya pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Akibatnya tinggi dan berat badan bayi tidak bersesuaian dengan timbangan normal.

"Hadirnya regulasi daerah sangat membatu menurunkan angka kasus tersebut, di sisi lain menjadi patokan pemerintah memenuhi aspek-aspek teknis agar program tersebut konsisten berjalan," katanya.

Saat ini, kata dia, persentase penurunan angka kekerdilan Parigi Moutong berada di angka 34,4 persen sehingga penanganan kasus "stunting" perlu melibatkan berbagai pihak.

Bahkan, katanya, pemerintah bertekad, terus berupaya menekan angka tersebut hingga ke angka redah melalui berbagai program kegiatan yang belibatkan seluruh unsur desa baik lewat sosialisasi maupun posyandu yang setiap bulan rutin dilaksanakan

Survey oleh Rumah Sehat Baznas bertujuan untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang ada di Desa Tandaigi, dan menjadi tolak ukur keberhasilan program nantinya.

Hasil survey juga akan ditindaklanjuti dengan pembahasan pertemuan lintas sektor, untuk membahas langkah penanganan dan peran masing-masing sektor seperti puskesmas, pemerintah kecamatan, desa, kepemudaan, termasuk peran Universitas Tadulako yang telah berkomitmen untuk membantu program penurunan kasus stunting.

Baca juga: Ribuan anak di Kabupaten Sigi tumbuh kerdil
Baca juga: Gerakan makan ikan dapat atasi permasalahan stunting di Sulteng
Baca juga: Wabub Parimo: Stunting dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia