Pesan Natal, Paus sebut bela migran hingga panggilan perdamaian

id Natal,khotbah natal,paus francis,vatikan,migran

Pesan Natal, Paus sebut bela migran hingga panggilan perdamaian

Angin kencang meniup mantel Paus Francis saat ia berbicara di Martyrs' Monument di Nishizaka Hill, di Nagasaki, Jepang, Minggu (24/11/2019). REUTERS/Kim Hong-Ji/aww/cfo (REUTERS/KIM HONG-JI)

Terdapat sisi gelap dalam hati manusia, namun cahaya Kristus juga tetap lebih besar

Kota Vatikan (ANTARA) - Paus Francis mendorong masyarakat dunia memancarkan cahaya Natal agar dapat menembus “sisi gelap hati manusia” yang bisa mengarah pada persekusi, ketidakadilan sosial, konflik bersenjata, dan ketakutan akan migran.

Dalam pesan Natal “Urbi et Orbi” (kota dan dunia), Paus berusia 83 tahun itu menyerukan perdamaian di Yerusalem, Suriah, Lebanon, Yaman, Irak, Venezuela, Ukraina, dan beberapa negara di Afrika yang terlibat konflik.

Pesan yang ditujukan kepada belasan ribu orang di Lapangan Santo Petrus serta jutaan orang yang menonton ataupun mendengarkan khotbahnya di seluruh dunia itu adalah bahwa perubahan dimulai dari hati setiap individu.

“Terdapat sisi gelap dalam hati manusia, namun cahaya Kristus juga tetap lebih besar,” kata Paus Francis, menandai tahun ketujuh ia sebagai Paus.

Ia kembali menekankan, “Ada kegelapan dalam seseorang, dalam keluarga, dalam relasi sosial, namun cahaya Kristus lebih hebat daripada itu. Ada pula sisi gelap dalam ekonomi, geopolitik, dan konflik ekologi. Namun tetap saja, yang lebih hebat adalah cahaya Kristus.”

Francis juga secara khusus menyebut soal persekusi terhadap umat Kristiani yang dilakukan oleh kelompok militan di Burkina Faso, Mali, Niger, dan Nigeria, memohon kepada Tuhan untuk menghilangkan penderitaan mereka.

Pada 1 Desember lalu, setidaknya 14 orang ditembak mati dalam sebuah serangan di gereja di bagian timur Burkina Faso, di mana kelompok radikalis Islam memicu ketegangan etnis dan agama.

Menerangi kegelapan

Francis, yang telah dicemooh oleh para politisi populis karena pembelaannya terhadap pengungsi dan migran, mendedikasikan satu bagian khotbahnya kepada para pengungsi dan migran yang menderita.

“Ini adalah ketidakadilan karena membuat mereka harus menyeberangi padang pasir dan lautan yang menjadi pemakaman,” ucap Francis.

“Ini adalah ketidakadilan karena memaksa mereka bertahan dari bentuk kekerasan yang tak terucap, perbudakan, dan berbagai macam kekejaman tak manusiawi di kamp penahanan,” kata ia melanjutkan.

Bulan ini, Francis telah meminta penutupan kamp penahanan migran di Libya.

“Ini adalah ketidakadilan karena menjauhkan mereka dari tempat yang bisa saja memberikan harapan akan kehidupan yang lebih baik, namun justru mereka berada di hadapan dinding yang tak diperhatikan,” ujar ia.

Lebih lanjut ia menyebut bahwa ketika ada banyak masalah di dunia, orang-orang tidak berpikir lebih jauh untuk memperbaiki ketidakadilan.

Padahal, menurutnya, mereka bisa membuat perubahan di komunitas mereka sendiri sebagai langkah awal menyembuhkan semua “anggota keluarga yang menderita.”

“Semoga Tuhan melembutkan hati kita yang seringkali keras dan egois, serta membuatkan ruang untuk cinta-Nya. Semoga Dia membawa senyumannya melalui wajah kita untuk semua anak di dunia: kepada mereka yang diabaikan dan menderita akibat kekerasan,” kata ia lagi.

Untuk menggarisbawahi pesannya, dua kardinal dipilih Francis untuk turut serta bersamanya berdiri di balkon pusat.

Mereka adalah Renato Martino, presiden emeritus kantor imigrasi Vatikan, dan Konrad Krajewski, Papal Almoner yang menyebarkan bantuan kepada masyarakat miskin dan gelandangan Roma.

“Melalui tangan kami yang lemah ini, semoga Dia mengenakan pakaian kepada mereka yang tak punya baju, memberikan roti kepada yang lapar, dan menyembuhkan yang sakit,” Francis berucap.

Francis juga berdoa, “Pada hari Natal yang berbahagia ini, semoga Dia membawa kebaikan kepada semua dan menerangi kegelapan di muka bumi.”

Sumber: Reuters