Kemendikbud: 1.500 objek bersejarah kembali ke Indonesia

id Proses repatriasi benda bersejarah, objek bersejarah repatriasi, koleksi bersejarah dari Belanda, museum Nusantara, kole

Kemendikbud: 1.500 objek bersejarah kembali ke Indonesia

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid melihat koleksi hasil repatriasi dari Museum Nusantara di Museum Nasional, Jakarta, Kamis (2/1/2020). ANTARA/Indriani

Koleksi ini sebelumnya merupakan koleksi dari Museum Nusantara atau yang sekarang bernama Museum Prinsenhof
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid mengatakan sebanyak 1.500 objek bersejarah Indonesia yang sebelumnya ada di Museum Nusantara di Belanda kembali ke Indonesia melalui proses repatriasi.

"Koleksi ini sebelumnya merupakan koleksi dari Museum Nusantara atau yang sekarang bernama Museum Prinsenhof," ujar Hilmar di Jakarta, Kamis.

Dia menambahkan dulunya, koleksi tersebut merupakan barang-barang yang berasal dari Indonesia dan kemudian dibawa ke Belanda, tepatnya di Kota Delft.

Pada zaman dahulu, Delft merupakan kota tempat pendidikan bagi para birokrat Belanda yang akan dikirim ke Indonesia. Jadi begitu birokrat tersebut kembali ke Belanda, mereka membawa koleksi untuk ditaruh museum ataupun untuk koleksi pribadi.

Hilmar menambahkan koleksi tersebut tiba di Indonesia sejak 23 Desember 2019 dan dilakukan proses pendataan barang yang masuk, baru kemudian bisa disosialisasikan. Proses tersebut dilakukan di Museum Nasional, Jakarta.

Hilmar menambahkan proses repatriasi atau pengembalian benda cagar budaya hasil jarahan sudah dimulai sejak 2015.

"Kemudian ada proses negosiasi, memilih benda mana yang sesuai dengan kepentingan kita, karena tidak semua yang ada di sana penting buat kita. Kita memilih yang mana, yang kira-kira menambah nilai Museum Nasional," katanya.

Hilmar berharap proses repatriasi tersebut membuka jalan bagi pengembalian sejumlah objek bersejarah Indonesia yang dibawa ke Eropa.

Pada era kolonial, barang-barang tersebut dibawa ke Eropa sebagian besar melalui cara yang tidak pantas, seperti perampasan maupun penjarahan.

"Ini baru pertama kalinya, kami harap ke depan semakin terbuka jalan repatriasi lainnya. Kami berterima kasih pada Museum Nasional yang sudah melakukan pengawalan hingga empat terakhir hingga proses repatriasi berjalan lancar," jelas Hilmar.