Korban banjir di Kulawi sudah kembali ke rumah

id kulawi, banjir,korban banjir kulawi,korban banjir kulawi pulang,pengungsi banjir kulawi pulang,banjir kulawi

Korban banjir di Kulawi sudah kembali ke rumah

Seorang anak melintas di lokasi banjir bandang di Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi,Kabupaten Sigi. Bencana alam terjadi 12 Desember 2019 menalan korban jiwa dua orang dan puluhan rumah rusak dan hanyut. (Foto Antara/Anas Masa)

Sigi (ANTARA) - Warga korban banjir bandang di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Sulawewsi Tengah yang sebelumnya sempat mengungsi sementara ke berbagai tempat yang aman, kini sudah seluruhnya kembali lagi ke rumah mereka, meski ada yang kehilangan tempat tinggal karena diterjang bencana alam pada beberapa waktu lalu itu.

"Saya bersama beberapa warga lain yang mengungsi saat terjadi banjir bandang pada 12 Desember 2019, kini sudah pulang ke rumah karena merasa sudah aman," katanya di Kulawi, Jumat.

Ia mengatakan rumahnya sempat diterjang bannjir yang membawa berbagai material seperti batu-batuan, lumpur dan juga pepohonan.

Saat banjir menerpa permukiman penduduk di Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, rata-rata warga langsung mengungsi ke tempat yang aman guna menyelematkan jiwa mereka.

"Kami lari, tetapi ruamh dan perabot dalam rumah, semuanya porak-poranda disapu banjir bandang," ujarnya.

Karena merasa sudah aman, warga sudah kembali lagi ke rumah, tetapi tetap waspada saat hujan lebat.

Permukiman mereka, kata dia memang berada dibawag bukit dan ada sungai.

Banjir bandang yang terjadi pada (12/12-2019) menyusul hujan deras, selain air sungai meluap, juga datang dari bukit. "Air dengan membawa material batu, pohon dan lumpur tersebut tiba-tiba tercurah ke permukiman penduduk dan menutupi banyak rumah. Bahkan badan jalan di desa itu tertutup lumpur, batu-batuan dan potongan kayu sehingga memerlukan waktu cukup lama untuk membuka kembali akses jalan setempat," kata Yeye.

Dia juga mengatakan beberapa warga yang rumahnya rusak, kini sudah kembali dibangun oleh pemilknya.

Akan tetapi konstruksi bangunan tidak seperti yang dahulu. Rata-rata menggunakan konstruksi kayu/papan mengingat desa itu terbilang rawan bencana alam banjir dan tanah longsor karena berada dibawa bukit berbatasan langsung dengan kawasan konservasi Taman Nasional (TNLL) Lore Lindu.

Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapata sebelumnya meminta warga untuk tidak lagi membuka kebun diatas permukiman, sebab rawan bencana alam banjir dan longsor.

Masyarakat perlu menjaga hutan agar tetap dalam kondisi baik. "Kita harus mempertahankan fungsi hutan, bukan sebaliknya agar bencana alam tidak mengancam permukiman penduduk," pinta Bupati Irwan.

Menurut dia, bencana alam tidak semata-mata dikarenakan oleh kondisi cuaca ekstrem, tetapi juga karena fungsi hutan yang cenderung menurun akibat kerusakan dan pembukaan lahan untuk kebun yang tidak lagi terkontrol.

Karena itu, kata bupati belajar dari peristiwa alam yang sudah terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Sigi, maka hutan dan alam perlu dijaga kelestariannya agar bencana alam serupa tidak terulang kembali.