BPBD Sulteng tetap gencar sosialisasi mitigasi bencana

id mitigasi, bpbd

BPBD Sulteng tetap gencar sosialisasi mitigasi bencana

Sejumlah siswa mengamati dan mencatat data pada pameran khusus sejarah alam dan kebencanaan bertema 'mitigasi bencana alam berbasis kearifan lokal' yang digelar di Museum Sulawesi Tengah di Palu, Jumat (4/10/2019). ANTARA/ Mohamad Hamzah

Palu (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah tetap gencar melakukan sosialisasi tentang mitigasi bencana alam di daerah itu mengingat hampir seluruh wilayah diprovinsi terletak di jantung Pulau Sulawesi ini rawan bencana alam banjir,gempabumi dan tanah longsor.

Kepala BPBD Provinsi Sulteng, Bartholomeus Tandigala di Palu, Selasa mengatakan masyarakat perlu mendapatkan pengetahuan soal mitigasi bencana alam, sebab sejumlah wilayah di daerah tersebut selama ini sering dilanda gempa,banjir dan tanah longsor.

Karenanya, kata dia, perlu dilakukan sosialisasi dimaksud agar masyarakat mengetahui apa yang dilakukan menghadapi bencana alam di masing-masing daerahnya.


Untuk itu, seluruh jajaran BPBD mulai dari tingkat provinsi dan kabupaten/kota di Sulteng harus proaktif melakukan sosialisasi mengenai mitigasi bencana sehingga masyarakat siap menghadapi berbagai kemungkinan bencana terjadi, sebab selama ini di sejumlah wilayah Sulteng sering kali dilanda banjir dan tanah longsor.

Seperti yang terjadi di sepanjang 2019 di sejumlah wilayah di Kabupaten Sigi yang mengakibatkan kerugian material dan korban jiwa sehingga perlu mendapatkan perhatian serius semua pihak, termasuk di dalamnya masyarakat.

Menurut dia, mitigasi bencana perlu diajarkan kepada semua masyarakat, termasuk di sekolah-sekolah dan juga tentu kampus dan lainnya.


Di Sulteng yang paling sering dilanda bencana banjir dan longsor adalah Kabupaten Sigi. Sigi paling rawan bencana alam.

Sejak terjadinya gempabumi 7,4 SR pada 28 September 2018, kata Bartholomeus ada sekitar 80 titik potensi tanah longsor di Kabupaten Sigi.

Pemkab dan BPBD Sigi perlu mengantisipasinya dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat, terutama yang berada di dekat perbukitan dan daerah aliran sungai (das) untuk tetap siaga karena sewaktu-waktu bencana alam tersebut bisa terjadi ketika curah hujan meningkat.


Soal logistik bencana, Bartholomeus mengatakan masih cukup memadai.

"Kita masih memiliki persediaan berbagai logistik bencana, termasuk bahan makanan, obat-obatan dan peralatan seperti tenda, selimut dan alat-alat dapur di gudang dalam jumlah memadai," katanya.

Pihaknya juga punya tim reaksi cepat (TRC) yang sewaktu-waktu turun ke lokasi bila terjadi bencana alam di daerah itu.Bukan hanya personil, tetapi juga dilengkapi dengan sarana dan fasilitas seperti kendaraan operasional, termasuk truk dapur umum dan air bersih. "Semua stand by di kantor," ujarnya.